Selasa, 16 Desember 2014

Helm



Kala pagi hari, saat mengantar anak berangkat sekolah, selalu ada pemandangan yang bikin ati kurang sreg.
Banyaknya orang tua yang membonceng anaknya pakai sepeda motor, tapi tidak memakaikan helm pada si buah hati.
Entah mengapa, hal seperti itu dianggap lazim. Meski pak polisi bertebaran di sepanjang jalan, namun untuk hal mengantar anak sekolah , kejadian seperti itu dimaklumi.

Entah alasan apa yang membuat para orang tua santai saja membiarkan anaknya tanpa helm saat dibonceng. Padahal untuk anak tk pun sekarang sudah banyak dijual helm anak-anak.
Kita tidak akan tahu apa yang terjadi saat berkendara dan kita sebagai orang dewasa juga tahu ada bahaya di jalan raya.
Selayaknya para orang tua mengedukasi anaknya untuk mengutamakan keselamatan diri saat di jalan raya, apalagi sekarang ini banyak pengendara sepeda motor yang sering mengebut.
Maraknya kasus kecelakaan yang sering kita dengar di media juga bisa kita petik hikmahnya.
Ayolah mari kita menjadi pemakai jalan raya yang bijak.
Kamis, 13 November 2014

Mekar Bunga

Indahnya pohon dengan bunga-bunga kuning bermekaran, membentuk buket di setiap rantingnya yang tiada berdaun.
Ya, kita bisa mengapresiasi ciptaan Tuhan yang cantik ini.
Namun lihatlah ke bawah , saat helai kelopak bunga yang sudah layu rontok berserakan, membuat kotor jalanan, dan menunggu untuk dibersihkan.

Tak sadar, aku pun memetik hikmah atas kejadian itu. Sama seperti manusia, saat kita masih cantik, masih berjaya semua orang akan menaruh perhatian, menebar pujian, memberikan penghargaan kepada kita.
Namun ada masanya nanti kita juga akan menua, dan roda kehidupan berputar, kita akan menjadi "sampah" bagi orang lain.
Di saat seperti itu kita bisa menyikapinya dengan pasrah, atau tetap menjadikan diri kita berkarya.

Berteman

Dulu aku pernah punya anggapan bahwa punya banyak teman itu pastilah hebat. Bisa bersosialisasi di sana-sini , bisa punya ratusan kontak di smartphone. Diundang banyak ke acara atau tiap hari bisa keluar hangout bersama banyak teman.
Aku pun dulu merasa wajib menambah jumlah friendlist facebook sebab kok rasanya malu punya teman sedikit.
Namun seiring waktu aku sadar anggapanku itu keliru dan salah besar.
Yup, teman yang banyak bukan bukanlah segalanya.

Kadang sebagai orang tua, kita juga punya kecenderungan untuk menuntut anak supaya pandai bergaul, pandai bersosialisasi, dan memiliki banyak teman. Padahal yang namanya berteman itu merupakan hubungan timbal balik, jika anak kita memang belum punya kepentingan dan keinginan untuk mengajak seseorang berteman maka ya sudah, masak kita paksakan. Biarkan berjalan dengan alami proses mencari temannya.

Pertemanan yang baik ialah yang bisa saling menjaga komunikasi dan kepercayaan. Aku pernah mengalami pertengkaran hebat dengan salah seorang sahabat baik, dan itu rasanya sungguh menyiksa, rasa bersalah terus menghantuiku karena telah merusak kepercayaannya. Syukurlah saat ini kami sudah kembali baikan walau tidak seerat dulu rasa persahabatannya.

Meski jumlah teman kita sedikit itu tidak masalah asal kita benar-benar menjadi teman terbaik buat mereka. Bagiku memang lebih baik mempunyai sedikit sahabat daripada mempunyai banyak teman.
Karena secara logika juga berapa banyak teman yang bisa kita perhatikan setiap harinya.
Apalagi jika kita memang punya banyak kesibukan.

Tapi memiliki banyak teman dimana-mana itu ada sisi positifnya dan punya keuntungan, semisal kita memang punya usaha jualan, ikut komunitas dengan banyak cabang, senang travelling atau kita bekerja di dunia entertainment, dan sebagainya.

Berteman juga hendaknya tidak pilih-pilih, maksudnya jangan berdasar ukuran materi atau punya standar harus yang fisiknya bagus.
Berteman dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja,
Karena kita hidup memang tidak bisa sendiri, syukur-syukur kalau akhirnya menemukan teman yang akhirnya menjadi sahabat atau saudara atau pendamping hidup (nah loh)
Senin, 03 November 2014

Nyalon dan Nyepa

Bagaimanapun setiap wanita ingin terlihat menarik.

Meski banyak jargon bahwa yang terpenting adalah inner beauty, tapi kesan pertama tetap dari penampilan fisik. Memang benar bahwa kita harus mensyukuri anugerah fisik kita apa adanya , tapi kita juga berkewajiban untuk merawat diri kita juga sebaik-baiknya.
Yang bisa kita lakukan sendiri saat di rumah tentu saja mandi, supaya badan bersih, sehat dan wangi.
Sedangkan untuk masalah potong rambut, minimal kita butuh jasa salon. Aku sudah pernah mencoba dikeriting, disemir, direbounding, potong model cowok, creambath, hairspa, juga hairmask.(sempat pengen hair extention tapi ga jadi).
Dan di salon juga menyediakan jasa perawatan lengkap dari ujung rambut sampai ujung kaki.Aku pernah mencoba facial, manicure, pedicure, ratus, totok wajah, pijat refleksi.
Khusus untuk facial, perkenalan pertamaku dengan facial ialah saat SMP, waktu itu aku mengikuti kemah persami pramuka, dan setelahnya mukaku gosong. Lalu aku mencoba minta difacial. 
Kebutuhan facial akhirnya menjadi semakin sering saat aku kuliah. Rasanya memang nyaman, walau ada bagian yang menyakitkan yakni saat membersihkan komedo membandel (membuktikan bahwa wanita lebih kuat haha). Facial lalu kulakukan di klinik perawatan khusus wajah, jadi bukan lagi di salon.
Facial, creambath kemudian berlanjut dengan mencoba lulur/spa.
Ini semakin membuatku ketagihan. Siapa yang ga senang dipijat?
Badan jadi rileks dan fresh setelah spa.
Ada certita spesial, saat aku melakukan spa di Jakarta. Saat itu aku dapat reward untuk menikmati hot stone spa therapy Jadi punggung kita akan dipijat dengan batu hangat. Awalnya memang enak, namun saat fase batu diletakkan bergaris di atas punggung kok rasanya ada yang salah. Temperatur batunya kok terasa terlalu panas ya. Namun dasar aku katro, baru pertama mencoba, aku cuman berpikir ooo mungkin memang seperti itu prosedurnya. Dan begitu balik ke hotel, aku melihat kulit punggungku melepuh, menyisakan dua tatu bekas batu yang kepanasan tadi. Hadehhhh. Ayah Allen yang akhirnya tahu malah jadi ikut ketawa.
Saat sebelum merit , aku juga melakukan paket perawatan lengkap bagi calon pengantin. Dan yang menarik, aku juga meminta ayah Allen untuk melakukan facial bersama. Hahaha itu merupakan pengalaman pertama dan terakhirnya.
Poin pentingnya ialah meskipun tidak ada tuntutan khusus untuk selalu tampil cantik, tapi jika berpenampilan yang terawat (baca: bukan dengan berndandan menor dan lebay) tentu akan menjadi poin plus bagi kita para wanita.
Tidak perlu juga harus selalu ke salon atau klinik kecantikan , di rumah pun kita bisa melakukan perawatan diri dengan bahan-bahan alami yang mudah didapat
Selain itu menjaga kebugaran fisik, dan terutama selalu update berita/wawasan akan melengkapi inner beauty kita.
Minggu, 02 November 2014

Bukan wilayahku

Aku pernah mendengar beberapa cerita bahwa di dalam kehidupan berkeluarga, ada istri yang juga ikut mencampuri urusan kerja pasangannya. Mencampuri di sini contohnya ikut menentukan kebijakan di kantor suaminya, memakai kartu kredit corporate dari kantor suaminya, meminta secara pribadi kepada atasan suaminya untuk merubah jadwal kerja suaminya.
Bagiku kok ga masuk akal ya. Helooo, bukankah dengan melakukan itu semua malah membuat pasangannya kesusahan di tempat kerja.
Kalau untuk aku pribadi, aku tahu urusan kerja ayah Allen cuma sebatas sebagai pendengar saja, saat Ayah Allen bercerita suka duka di tempat kerja, yang kutanggapi dengan komen-komen biasa.
Sama sekali tidak pernah terpikir untuk sampai mencampuri apalagi berurusan dengan kantornya.
Dulu saat kami berdua bekerja , ayah Allen juga tidak pernah melakukan apapun yang berurusan dengan kerjaanku.
Jadi bagiku hendaknya setiap pasangan mengetahui wilayah yang bisa dilakukan bersama dan tahu batas wilayah yang tidak boleh dicampuri.

Saling mendukung dan melengkapi

Orang tua adalah teman bermain terbaik bagi anak

Setiap wiken adalah momen yang ditunggu oleh Allen sebab bisa bertemu dengan ayahnya. Rasa kangen untuk bermain bersama ayahnya bisa terpuaskan.
Saat berkumpul bersama ayahnya, mereka punya ritual khusus berdua yakni Ayah Allen akan membacakan cerita sebelum tidur siang dan tidur malam. Ceritanya merupakan karangan Ayah Allen sendiri sesuai permintaan dari Allen. Tokoh utamanya tentang Pooh dan teman-temannya. Ayah Allen sungguh piawai dalam membuat cerita baru tiap minggunya.
Kami memang membiasakan mengantar Allen sebelum tidur dengan cerita sejak dia kecil.
Kalau aku biasanya membacakan cerita dari buku, bisa buku dongeng, ensiklopedi atau majalah anak.
Dengan membacakan cerita dari buku kami berharap Allen mempunyai kebiasaan baik untuk suka membaca banyak buku, dan dengan menceritakan kisah karangan kami berharap Allen mempunyai daya imajinasi yang tinggi dan baik.

Ketika bermain Allen biasanya meminta ayahnya untuk selalu menemani. Untuk permainan dengan aktifitas fisik tentu saja lebih banyak dilakukan oleh ayah Allen. Seperti misalnya Allen suka digendong di atas pundak ayahnya, atau Ayah Allen mendorong box kontainer beroda berisi Allen hihihi.
Aku pun biasanya juga mengajak bermain dengan permainan baru yang aku karang sendiri. Seperti misalnya, kami bermain di atas kasur dan melakukan play and pretend menempuh perjalanan dengan berbagai moda transportasi, mulai dari kapal, kereta, kuda, bis, dan lain sebagainya sambil disertai mimik dan gerakan. Dan saat permainan harus diakhiri karena tiba saat mengantar ayah Allen ke stasiun, supaya tidak kecewa aku meminta Allen untuk menulis tiket perjalanan untuk dilakukan pada minggu depan.
Aku juga pernah spontan membuat permainan hompimpah, dan siapa yang menang, dia berhak menentukan untuk melakukan aktifitas apa, contoh ketika ayah Allen yang menang, dia mengharuskan kami untuk menyentuh ujung jempol kaki masig-masing dengan posisi duduk dan kaki lurus. Atau ketika Allen yang menang, dia mengharuskan kami untuk menyebut nama-nama kota yang pernah dikunjungi, juga ketika aku menang aku mengharuskan mereka untuk menyanyi balonku dengan berbisik, begitu seterusnya.

Dan kini saat Allen lagi senang-senangnya naik sepeda roda dua, jadwal tetap kami ialah bergantian menemaninya bermain sepeda.
Rabu, 29 Oktober 2014

Jangan kuatir bunda, aku akan bisa pada waktunya

Saat baru manjadi seorang ibu, aku belum punya pengetahuan parenting apapun. Aku cuman mengandalkan buku dan browsing artikel di internet, juga bertanya pada keluarga dan teman

Ada banyak momen suka duka yang kualami saat mengasuh Allen kecil.
Ketika dia sering muntah, beberapa kali kubawa ke dokter anak untuk konsultasi. Kata dokter tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena mungkin sistem pencernaan Allen belum berkembang sempurna. Namun tetap saja aku khawatir karena setelah minum susu, dan saat sedikit menangis, sedikit batuk, atau posisi yang tidak benar, langsung keluar dimuntahkan semua kembali.
Dan aku gampang uring-uringan kalau sudah ada peristiwa muntah.
Cerita lain lagi pernah membawa Allen untuk diuap pakai alat di dokter spesialis anak, yang ada hanyalah aku tidak sanggup melihat dan mendengar Allen menangis kencang histeris minta dilepas. Padahal sang suster perawat mengatakan belum selesai, aku sudah segera meminta untuk dihentikan.
Sakit yang lain lagi adalah timbulnya bercak merah di sekujur tubuh Allen , sampai kami membawa Allen ke dokter spesialis di luar kota. Dan itulah pertama kalinya Allen naik kereta api dari Mojokerto ke Surabaya. Allen didiagnosis mengalami alergi susu sapi, sehingga untuk kebutuhan susunya memakai susu soya. Tapi setelah umur setahun puji syukur alerginya sudah tidak muncul, dan Allen bisa mengkonsumsi susu sapi lagi.

Kegembiraan seorang ibu dan orang tua pada umumnya ialah saat pertama kali anak bisa melakukan sesuatu. Momen-momen yang berkesan.
Seperti saat pertama kali Allen miring, tengkurap, duduk, merangkak , berdiri, melompat, berlari.
Juga saat pertama kali bisa mengucapkan kata pertamanya juga namanya sendiri.
Lalu saat bisa makan sendiri, atau melakukan permainan dan aktifitas apapun yang dulunya belum bisa.

Namun di sepanjang perjalanan mengasuh Allen. Kadang aku pun memaksakan keinginan agar Allen segera bisa melakukan sesuatu. Hal ini biasanya timbul kalau ada rasa membandingkan dengan anak lain.
Seperti misal saat aku ingin Allen bisa segera naik sepeda roda dua. Sejak Allen umur 2 tahun sudah kami belikan sepeda roda 4. Dan ketika Allen berumur 4 tahunan aku berusaha keras melatih Allen untuk bisa naik sepeda roda dua. Dan biasanya saat melatih, aku pun gampang emosi kalau Allen tidak segera bisa.
Ada beberapa kejadian serupa untuk masalah lain. Pokoknya saat itu rasanya aku pengen Allen segera bisa. No kompromi.

Proses menjadi ibu yang baik memang kuakui sangat alot jalannya.
Puji syukur aku memperoleh kesadaran diri untuk tidak melulu membandingkan kemampuan Allen.
Aku menjadi lebih santai dan membiarkan Allen berusaha melakukan sesuatu tanpa paksaan.
Kalau memang Allen belum atau tidak berminat maka aku juga tidak mewajibkan harus bisa.
Ataupun jika kuanggap Allen perlu belajar beberapa hal mendasar, maka aku harus lebih sabar dari sebelumnya saat mengajari.Seperti misalnya mengajari cara mandi, berpakaian, dan sebagainya .
Saat mengajari kadang aku tambahkan metode khusus, yakni dengan memberi reward. Seperti jika Allen bisa mengulang 10 kali membuat ikatan simpul, maka akan aku belikan dvd dino train kesukannya.

Yang penting anak tidak merasa terbebani dalam melakukan sesuatu, dan kita harus terus pupuk kepercayaan dirinya.
Kita juga tidak perlu membandingkan dengan anak lain, karena masing-masing punya milestone sendiri.
Seperti masalah yang lagi trend bagi anak TK yakni isu calistung. Dari awal aku tidak secara khusus mengajari Allen baca tulis, juga tidak pernah berniat memasukkan Allen untu ikut les masalah baca tulis. Sebab aku sepakat dengan prinsip yang mengatakan bahwa anak TK belum saatnya untuk calistung. Sekilas aku hanya mengajari suku kata saja seperti ba bi bu be bo ,ca ci cu ce co dan seterusnya tanpa melatihnya untuk membaca. Namun karena Allen punya bakat belajar otodidak yang baik, dia akhirnya bisa. Aku pertama kalinya juga merasa kaget saat tahu Allen bisa membaca dengan lancar.

Akan bisa pada waktunya,....
Kita tidak perlu tergesa dan membuat anak terburu-buru untuk harus bisa melakukan semuanya.
Berdasar pengalamanku, Allen akan lebih cepat menguasai sesuatu jika dia menemukan sendiri caranya.
Dan hari ini,  Allen meminta untuk latihan sepeda roda dua. Seperti biasa aku memegangi dari belakang. Pelan-pelan aku lepaskan pegangan, dan ternyata Allen bisa mengayuh sendiri tanpa jatuh Yeay Allen sudah bisa naik sepeda roda dua.
Jumat, 24 Oktober 2014

Menahan diri dan Sabar

Sampai kini aku kudu harus banyak belajar untuk menahan diri dan sabar.
Sudah baca banyak teori tapi pada saat praktek kok ya susyah amiir
Setiap saat, apalagi saat ulang tahun, aku selalu menyisipkan doa untuk bisa lebih banyak menahan diri dan sabar

Menahan diri untuk tidak kepo, menahan diri untuk tidak ikut campur urusan orang, menahan diri untuk tidak bergosip, menahan diri untuk tidak gampang emosi, menahan diri untuk tidak pamer, menahan diri dari godaan, menahan diri untuk tidak iri dan sirik, menahan diri untuk tidak berpikiran negatif
Sabar dalam mengasuh anak, sabar dalam mengurus keluarga, sabar dalam bertindak, sabar dalam menghadapi orang lain

Semoga setiap harinya aku bisa menjadi lebih baik, hehe... amin
Kamis, 23 Oktober 2014

Aku dan skoliosis

Apaan itu skolisosis? banyak yang bertanya arti istilah ini. Dulu saat belajar di bangku sekolah seharusnya sudah pernah diajarkan tentang keadaan tulang belakang manusia, jika bengkok ke depan namanya lordosis, jika bengkok ke belakang namanya kifosis, jika bengkok ke samping namanya skoliosis.

Aku tahu kalau punya skoliosis saat SMU kelas 2 secara tak sengaja. Ceritanya saat itu ada kejadian di asrama  yang membuat aku harus berobat ke dokter, nah si dokter ini malah bertanya kok tulang belakangku tampak miring. Berawal dari situ aku menerima kenyataan kalau tulang belakangku miring dan tidak normal. Reaksi pertama , aku sedih , menangis, bingung.
Namun dukungan dari orang tua dan teman membuatku lekas pulih. Aku menjalani sesi terapi, foto rontgen dan mengunjungi dokter spesialis fisioterapi. Kata dokter penyebab skoliosis ini bisa bermacam-macam, mungkin saat dari kecil ada kesalahan sewaktu posisi digendong, atau kebiasaan salah waktu duduk, atau pernah jatuh, atau mungkin juga saat membawa tas selempang bebannya berlebihan. Kalau tidak salah ingat, kurva kemiringanku 44 derajat miring ke kanan. Jadi tulang belakangku bentuknya seperti huruf S .
Oleh dokter lalu aku diharuskan memakai brace supaya tulangku bisa  kembali lurus, dan wajib dipakai sampai masa pertumbuhanku berhenti di usia 22 tahun. Aku membayangkan harus memakai selama 5 tahun, ouchhh mana bisaaa.
Brace yang kupakai bentuknya berupa penyangga yang akan menarik posisi punggungku untuk selalu lurus. Kata dokter selain saat mandi, maka brace harus terus dipakai.
Aku pun mulai memakai brace di awal kelas 3 SMU. Namun kupakai hanya saat berada di asrama, jika ke sekolah aku tidak mau pakai.
Saat sedang memakai brace aku merasa semua mata anak asrama selalu tertuju padaku, dan aku merasa seperti orang yang dikasihani.Tetapi sebetulnya semua teman asrama juga para suster mendukung kesembuhanku.
Teman sekolah di luar asrama yang tahu pun hanya beberapa, saat mereka berkunjung ke asrama.
Yang juga melegakan teman dekatku pada waktu itu juga tidak mempermasalahkan keadaan fisikku dan malah terus mensupport kesembuhanku. Jadi aku tidak punya perasaan minder atau perasaan negatif lainnya.
Brace akhirnya hanya aku pakai selama satu setengah tahun saja. Saat kuliah lalu bekerja aku tidak pernah memakai lagi.
Sempat panik kala aku menikah lalu hamil, apakah nanti berpengaruh pada proses kelahiran, namun kata dokter kandungan hal itu tidak berpengaruh.
Di facebook aku juga bergabung dengan grup Masyarakat Skoliosis Indonesia, ternyata banyak kasus yang lebih parah, dan tidak sedikit anggota yang merasa bermasa depan suram karena skoliosisnya.
Aku bersyukur pada keadaanku dan hanya terus mensugesti diri bahwa aku dan skoliosisiku baik-baik saja, aku juga malah jarang mengingat tentang skoliosisku .
Hanya pada saat kondisi dimana punggungku capek saja baru aku teringat lagi.
Sebenarnya aku punya keinginan untuk foto rontgen lagi , melihat apakah kurva kemiringanku bertambah, tetap atau berkurang, namun sampai detik ini aku tak pernah melaksanakan niatku ini.

ini yang seharusnya kupakai selama minimal 5 tahun



Setelah tenar?

Ada orang yang memang mempunyai tipikal selalu ingin diperhatikan, selalu ingin bikin sensasi, selalu ingin tampil di media, selalu ingin eksis selamanya.

Sebenarnya jika mereka terkenal karena punya prestasi tidak masalah, atau jika mereka memang terkenal karena punya dampak positif bagi masyarakat juga malah bagus.

Tapi jika beken dan ngetop karena gosip lebay dan alay, atau karena gembar gembor masalah pribadi, atau disebabkan punya citra negatif di masyarakat , apa ya pantas

Aku pribadi juga sempat merasakan ngetop sesaat, setelah pernah tampil di media cetak nasional. Dan rasanya memang merasa istimewa. Ada yang bisa kubanggakan, ada yang bisa kupamerkan, ada foto dan cerita yang bisa kupampang di sosmed. Tapi hal seperti itu bagiku lama kelamaan menjadi beban, karena prestasi pertama yang sudah aku raih, maka ada rasa berkewajiban untuk terus meraih prestasi-prestasi selanjutnya, aku jadi rajin mencari info lomba ini itu, daaaan....  saat aku tidak bisa meraih prestasi apapun, tumbuhlah perasaan minder, disusul kelakuan yang gampang uring-uringan dan sensitif.
Bersyukur aku menjadi lebih sadar dan semakin mengenal diri sendiri, kalau aku bukan tipikal orang yang mampu untuk menjadi sorotan.
Karena aku belum bisa membagi waktu dengan baik antara ambisi pribadi dengan keluarga.
Aku memilih menjalani hidup dengan santai, tidak ngoyo lagi harus mengejar prestasi dengan sengaja.

Karena prestasi sesungguhnya menurutku ialah mengalahkan ego diri sendiri terlebih dulu. Setelah itu barulah kita kerjakan apa yang bisa kita lakukan untuk lingkungan dan masyarakat. Maka penghargaan akan datang dengan sendirinya.
Selasa, 21 Oktober 2014

Presiden baru, harapan baru

Selamat kepada pak Jokowi - JK yang akan menjabat 5 tahun ke depan sebagai presiden dan wakil presiden RI
Tidaklah mudah untuk menjadi pemimpin di negara dengan jumlah penduduk yang besar, berbentuk kepulauan dengan segala macam peninggalan kasus KKN yang tak kunjung tuntas (malah terus bertambah)
Namun bagi aku yang tak terlalu paham politik, pak Jokowi merupakan wajah baru yang membawa harapan baru
Pak Jokowi dengan kredibilitas yang bersih , sederhana dan merakyat merupakan teladan pemimpin yang baik
Sehingga para pemegang pemerintahan di bawah presiden seperti menteri, gubernur, walikota, camat, lurah juga diharapkan bisa berubah baik dalam melayani masyarakatnya
Semoga isu KKN, SARA, kemisikinan, kriminalitas, kekerasan anak, dan hal negatif lainnya bisa berangsur padam
Semoga Indonesia lebih banyak mengeksport, banyak melahirkan profesi spesialis, banyak memajukan kebudayaan dan keindahan alamnya
Aku berharap selama 5 tahun ke depan, pemimpin bersama dengan rakyatnya bisa bekerja sama untuk membuat negara kita lebih baik dari sebelumnya

Semoga kita semakin nyaman tinggal di negri sendiri, semakin bangga akan Indonesia
Sabtu, 18 Oktober 2014

Wiken seru bareng Allen dan Ayah Allen

Sabtu ini rasanya seru abis, dari pagi hingga malam.
Dimulai dari jam setengah 6 pagi, ayahnya Allen baru datang ke rumah setelah perjalanan panjang Bandung - Madiun.
Kami berdua ngobrol ketawa ketiwi kemudian Allen bangun dan ikut nimbrung.
Namun karena semua masih pada ngantuk, kami lalu malas-malasan di depan tivi. Kasur dari kamar kami pindah ke ruang tivi. Mungkin ada sekitar satu jam. Lalu bergantian kami mandi.
Setelah berpakaian rapi, kami pergi untuk mencari sarapan. Puji syukur dekat rumah kami banyak warung makan enak. Kami makan di warung nasi pecel dengan lauk daging bali di jalan Trunojoyo. Nyammm lezat.
penampakan nasi pecel bali

Perut pun kenyang. Kami pun pulang. Sebelumnya kami mampir ke warung untuk belanja bahan masakan. Ayah Allen lagi kepengen banget makan tempe mondhol (istilah Banyumasan). Yakni tempe yang belum sepenuhnya matang, jadi kedelainya masih sedikit pecah-pecah.
Namun ternyata sampai di rumah , dan membuka bungkusan tempe, ternyata kedelainya masih benar-benar mentah dan belum menyatu oleh ragi. Jadi Ayah Allen memutuskan untuk kembali lagi ke warung membeli tempe yang sudah matang.
Aku mulai beraktifitas memasak, sedangkan Allen dan ayahnya sibuk mencuci tas sekolah Allen.
Menu makan siang berupa tempe goreng dan sop siap tersaji, dengan tambahan buah semangka merah segar sangat cocok di udara panas.
Jam 12.00 kami semua kenyang dan mengantuk, akhirnya tidur siang pun dimulai.
Jam 15.00 kami semua bangun.
Melakukan aktifitas rutin di sore hari, menyiram tanaman, menyapu halaman, setrika.
Lalu ayah Allen memeriksa lagi bakal tempe yang dibeli pertama kali, ternyata sudah ada beberapa yang setengah matang alias sudah menjadi tempe mondhol. Dan digorenglah tempe kesukaannya itu untuk lauk sore.
penampakan tempe mondhol sebelum digoreng

Dimakan dengan nasi hangat, hehe ayah Allen menemukan surga kecilnya. Sampai-sampai selesai makan, ayah Allen  mendapat inspirasi menuliskan kisah si tempe mondhol di blognya.
Di petang hari Allen dan ayahnya bermain berdua, sementara bunda mendapat me time untuk mengotak-atik tampilan blognya.
Jam 19.00  aku mengajak Allen dan ayahnya untuk pergi mencari singkong keju, jajanan favoritku.
Dalam perjalanan pulang, Allen minta untuk mampir bermain di Taman demangan. Taman demangan adalah ruang terbuka untuk publik, berupa taman dengan isi aneka mainan untuk rekereasi anak-anak. Kami pun ke sana. Suasana di Taman Demangan sangat ramai saat malam minggu. Tampak banyak anak bermain inline skate, penjual jajanan, wahana bermain yang ramai, sampai ada juga komunitas kecil yang membawa hewan peliharaan berupa musang untuk dipamerkan.
Kami membeli es jeruk peras segar dulu karena kehausan. Lalu Allen memilih untuk bermain becak hias. Yang berarti aku berduet dengan ayah Allen untuk menggenjot si becak.Sehabis tiga putaran, kami berhenti.
Allen lalu memilih bermain ayunan perahu naga (kora-kora). Biasanya yang menemani hanya aku, tetapi kali ini Allen ngotot pengen ayahnya juga harus ikut naik.
Walhasil kami bertiga bermain ayunan bersama. Sayang banget aku ngga membawa kamera, karena ternyata saat itu adalah momen kedua untuk ayah Allen bermain wahana kora-kora. Pertama kali saat kelas 3 SD yang berakhir tidak menyenangkan. Hehehe ayah Allen sangat deg-degan,ga karuan ,aku geli melihatnya. Puas bermain, kami beli cimol dulu sebelum ke parkiran.
Kami lalu makan malam di The Djawa, yakni warung makan dengan konsep angkringan. Aku suka makan di sana karena bisa menemukan suasana nostalgia seperti saat masa kuliah makan nasi kucing di angkringan Jogja. Malam itu ada live music, berupa orkes keroncong. Asik bingit.

Perut sudah kenyang, kami berangkat pulang.
Sesampai di rumah, cuci kaki, menulis buku harian, sikat gigi, membacakan cerita untuk Allen. Bersiap tidur mimpi indah.

Mungkin bagi keluarga lain cerita ini biasa saja, tapi bagi kami ini salah satu wiken yang seru.
Kamis, 16 Oktober 2014

Ih Syerem

Suatu waktu aku dan Allen berkesempatan untuk jalan-jalan menikmati sebuah mall baru. Seperti biasa aku ingin mengajak Allen bermain di wahana bermain indoor.
Ternyata sampai di sana, suasana mall masih terbilang sepi. Bangunan mallnya terdiri dari 4 lantai dengan nuansa dekorasi ala romawi, banyak pilar, patung dan ukiran bertebaran di dalam dan luar gedung. Aku berencana menyusuri tiap lantai dulu sebelum ke tempat bermain. Dari lantai bawah aku sudah mendengan suara yang tidak lazim dan aneh. Seperti campuran raungan, pekikan dan geraman. Namun aku tidak terlalu memikirkannya.
Aku dan Allen naik eskalator, berkeliling seluruh lantai, lalu naik lagi, dan seterusnya.
Sampai di lantai ketiga, suara yang kudengar dari tadi makin kencang dan makin dekat. Allen juga mendengarnya dan menggenggam tanganku lebih erat.
Kami menyusuri lantai tersebut perlahan. Sampai di sebelah kanan kami ada ruangan besar gelap, berwarna hitam, dari sanalah suara-suara tadi berasal. Tempatnya seram membuat bulu kuduk berdiri.
Sekilas aku melihat penampakan sosok berbaju putih berambut panjang dengan mata mendelik marah.
Ruangan yang seperti rumah hantu. Allen segera mengajak aku berlalu.
Aku juga setuju dan segera melanjutkan langkahku untuk menemukan eskalator turun.
Di antara suara jeritan yang menakutkan, aku mendengar suara renyah mas-mas yang membujuk segerombolan ABG untuk membeli tiket masuk.
Hahaha dahsyat, baru kali ini aku nemu rumah hantu dalam mall.

Pengalamanku masuk rumah hantu kayaknya seumur hidup baru 3 kali aja. Sewaktu SD /SMP dua kali, dan yang terakhir waktu kuliah, masuk rumah hantu di acara sekaten.
Rumah hantu menurutku asyik n menegangkan, bener-bener uji nyali, Kita kudu siap kaget berkali-kali, menutup mata, dan teriak. Hehehe kalau punya jantung lemah ga boleh ikutan. Padahal aslinya kita tahu kalau hantunya cuman boneka atau gambar atau orang yang menyamar. Seharusnya sih kita juga sah-sah saja kalau nampar atau mukul hantu yang tiba-tiba nongol ngagetin hihi.
Buat yang belum pernah nyoba, ayo nyoba, sekali aja seumur hidup ga papa kok hehe, dijamin ga ketagihan.

Harus sepakat dong

Memang menjadi orang tua itu sama dengan sekolah, pasti ada pelajaran baru yang harus dimengerti dan ada ujian yang harus ditempuh.
Dalam mengasuh Allen, kami berdua mulai dari nol, alias belum punya pengalaman apa pun soal bayi dan anak kecil. Namun perlahan kami memulai bersama setapak demi setapak.
Aku bertindak sebagai full time mom, karena ayah Allen bertugas dinas di luar kota. Saat itu, emosiku biasanya lebih gampang naik karena mungkin aku perlu mendapat me time.
Sampai Allen umur 5 tahun, kami sungguh masih banyak berjuang untuk menjadi orang tua yang baik, untuk lebih mengontrol emosi. Puji syukur saat ini kondisi kami bisa lebih baik dibanding sebelumnya.
Kami banyak belajar tentang parenting. Bagaimana cara menyalurkan emosi yang baik. Aku sungguh menyesal jika mengingat perlakuan yang tidak sepantasnya kuberikan kepada Allen sebagai orang tua. Karena aku ingin Allen punya banyak kenangan indah saat masa kecilnya, terutama memori bawah sadar yang bahagia.

Salah satu pelajaran penting dalam parenting ialah, kedua orang tua harus punya satu pandangan dalam mendidik anak.
Ini perlu supaya anak tidak menjadi bingung, karena yang diajarkan kedua orang tuanya berbeda.
Jika salah satu orang tua sedang mendisiplinkan anak, pasangannya juga tidak boleh langsung  ikut menengahi, sehingga akan memunculkan peran orang tua baik dan orang tua tidak baik bagi anak.
Atau saat salah satu orang tua sudah membuat kesepakatan dengan anak, maka pasangannya juga harus konsisten akan keputusan yang sudah dibuat.

Diperlukan ekstra tenaga dan pikiran ketika sudah menjadi orang tua.
Bersyukur selalu karena kita sudah diberikan kepercayaan menjaga titipan Tuhan.
Senin, 13 Oktober 2014

Sekeping Kemarau


Sang energi kehidupan. Matahari saat jam 12.00 siang

Semua butuh keseimbangan, sesuatu yang ekstrem biasanya tidaklah baik

Jika kita menggunakan kosakata musim panas, bayangan kita biasanya adalah tentang liburan. Tetapi kalau kita memakai kata musim kemarau, yang terbayang adalah kekeringan, debu pasir, penyakit bahkan kebakaran hutan. Banyak yang mengeluh di musim kemarau, aku sebagai seorang ibu juga terkena dampaknya, berusaha menjaga kesehatan keluarga karena saat ini sangat rentan untuk gampang sakit. Namun bagi beberapa pelaku usaha tertentu , musim kemarau kadang malah membawa berkah.

Berikut adalah sepenggal kisah singkat yang  kualami hari ini tentang hunting foto bertema kemarau. Dimulai di pagi hari setelah mengantar Allen sekolah aku mengambil beberapa foto di lingkungan tempat tinggal kami di kota Madiun. Kemarau disini masihlah bisa teratasi, aku salut bagi mereka yang bertahan hidup di daerah yang lebih panas dan lebih susah mendapat air.

Di dekat kompleks rumah kami, ada semacam tanah rawa kosong yang saat musin penghujan penuh ditumbuhi tanaman kangkung. Di foto di bawah ini, di sebelah kanan belakang Allen, di kejauhan tampak seorang ibu yang berjongkok sedang memanen kangkung. Ibu ini mendapat berkah dengan menjual kangkung yang didapatnya secara gratis untuk menambah penghasilannya.


Selain memanen kangkung, berkah lain saat musim penghujan ialah rawa ini berisi ikan. Tampak di foto berikut, Allen bersama pakdhe-nya melihat keriuhan para pemuda yang asik memancing ikan dengan ceria hampir setiap sore.


Kini saat memasuki musim panas, yang berkelanjutan menjadi musim kemarau akhirnya semua menjadi kering, menguning, dan mati. Si ibu pemanen kangkung kehilangan salah satu sumber penghasilannya, kebersamaan para pemancing ikan juga hilang, juga domba-domba yang selalu merumput di tanah lapang dekat rawa juga kehabisan rumput hijau. Ada keceriaan yang terenggut.

Akibat musim kemarau pada alam tampak pada beberapa foto yang kuambil hari ini sebagai berikut:

tanah rawa yang pecah-pecah dan gersang
 


pohon yang kehilangan daun-daunnya

rumput ilalang yang menguning

daun jati yang indah karena gugur dan mengering

Break sejenak. Kemudian siang sepulang sekolah, bersama Allen , aku mampir ke alun-alun. Aku ingin hunting foto disana. Aku ingin mencari sisi lain kemarau. 
Kepanasan dan kehausan, maka apa yang kita perbuat untuk mengatasinya untuk bertahan? 
Berteduh dan memuaskan dahaga dengan air sejuk.

Mari berteduh dan menikmati segelas minuman. Berkah bagi penjual es.
Hampir mengakhiri sesi hunting, tiba-tiba aku melihat mobil tangki berjalan perlahan di pinggir alun-alun. Dan dengan sigap seorang bapak membawa selang besar, mengarahkannya ke barisan tanaman layu yang berderet tanpa daya. Si bapak dengan telaten melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Air segar segera menyembur menghujani dan menyegarkan mereka. Aku segera mengambil momen yang spesial ini. Bagiku foto terakhir ini merupakan foto penutup klimaks dari rangkaian foto yang aku ambil.


Apa jawaban masalah di musim kemarau? Ya untuk menyeimbangkan panas terik yang dirasakan oleh makhluk hidup, kita perlu air.

Musim kemarau adalah tentang seni beradaptasi dan bertahan hidup.
Kita akan merasakan keindahan dan banyaknya warna di musim kemarau jika mampu melampauinya.
Dan di saat seperti ini kita diharapkan untuk peduli dan lebih peka terhadap lingkungan dan sesama.
Kita lakukan bersama untuk mengatasinya dan membuat keadaan menjadi baik.




Sabtu, 11 Oktober 2014

Pilih bahagia atau diet?

Kaum ibu juga ga kalah seru melangsingkan dirinya bila melihat ada sesama ibu lain yang memang lebih langsing darinya
Buat aku sih hal yang manusiawi dan wajar. Kami para ibu yang berbadan melar pengen deh bisa menghilangkan timbunan lemak beberapa kilo. Apalagi biasanya dialami para stay at home mom yang mobilitasnya tidak sepadat working mom.
Aku juga pernah melakukan diet dengan pola mengurangi karbohidrat alias tidak banyak makan nasi. Dan memang efeknya cepat terasa, bobot 62 kilo bisa susut kembali ke bobot 55 kilo, seperti bobot sebelum menjadi seorang ibu.
Namun dalam perkembangannya aku tidak berhasil , alis jebol juga pertahanan untuk diet seperti itu. Kembali ke istilah, kalau ga makan nasi itu berarti belum makan. Berat badan naik lagi ke angka 60. Sempat juga ikut senam tapi juga berhenti lagi.  Hahahaha.
Saat kumpul bersama para ibu yang lain, hal basa-basi yang kerap ditanyakan adalah, wah kok sekarang langsingan apa resepnya (kalau saat berhasil diet) , atau wah kok sekarang gemukan ya .
Obrolan khas para ibu yang saling mengomentari fisik mereka. Kadang juga curcol kalau mereka sedang rajin senam, atau sedang melakukan diet.
Aku sih menanggapi santai saja keadaan semacam itu.
Sekarang aku ngga akan ngoyo diet. Prinsipku asal jangan sampai obesitas aja. Aku bukan public figure, aku bukan artis, selebritis, sosialita yang mengharuskan tampil dengan tubuh langsing.
Aku adalah bunda yang akan memasak makanan enak dan makan bersama keluarga kecilku.
Aku adalah bunda yang juga kerap jajan dan mengajak keluarga kecilku menikmati petualangan kuliner di berbagai warung makan lezat.
Aku adalah bunda yang juga sadar akan kesehatan dan berusaha menerapkan pola makan yang baik.
Aku adalah bunda yang memilih bahagia.

Mainan klobot

Sekali memasak, semua bahan pun habis terlampaui
Hahaha geje banget deh peribahasanya. Biar paham maksudnya,  ceritanya kurang lebih seperti ini.
Di pagi hari yang indah, angin sepoi semilir, terdengarlah bunyi suara mengalun merdu,
"Sayuuuurr....."
Dan dengan muka masih setengah ngantuk, aku pun menyambut khidmat sang ibu penjual sayur yang lewat depan rumah.
Kali ini sang sayur beruntung yang menjadi pilihanku adalah dua buah tongkol jagung manis.
Ditambah beberapa bahan lain, aku pun membayar, dan pada akhirnya harus melepas kepergian si ibu sayur untuk melanjutkan tugas mulianya berkeliling lagi. Masih sempat terngiang kata favoritnya, "Sayuuuurr....yuuur...yuu.r ...ur....rr". Bergema di kompleks kami.

Rencana memasak dengan menu dadar jagung manis segera aku eksekusi. Allen pun bisa menikmati hasil masakan bundanya yang katanya sih maknyus wkwkwk.
Saat beberes, aku tertarik dengan kulit jagung alias klobot. Teskturnya yang keren saat itu membuat aku mempunyai ide untuk mendaur ulangnya. Lalu aku pun menjemur beberapa helai klobot.
Siangnya aku mengajak Allen untuk membuat mainan memakai karton, gunting, spidol, lem, dan klobot. Pola yang kubuat adalah kepala singa dan seekor ikan. Kemudian kami pasang klobot hingga menjadi mainan wayang-wayangan.
Ya, apa saja bisa menjadi hal yang menarik bila kita mau menggali ide :)



Rabu, 08 Oktober 2014

Bikin lantai rumah jadi ceria

Punya banyak waktu sebaga full time mom itu memberikan kita kesempatan untuk berkreasi sebebas-bebasnya dan sebanyak-banyaknya. Dan menurutku sebagai seorang ibu itu akan lebih baik jika selain berpendidikan tinggi dia juga harus kreatif setiap saat.
Saat Allen berumur 3 tahun, kala itu kami masih tinggal di Jombang,  aku mempunyai ide untuk membuat mainan dari stiker skotchlite , yang biasa dipakai untuk motor. Aku membeli beberapa lembar dengan berbagai warna.
Dan yang kulakukan adalah menggunting stiker dengan berbagai bentuk geometri, seperti segitiga, lingkaran, persegi kotak. Selanjutnya aku tempelkan di lantai. Iya di tiap kotak keramik aku pasang satu bentuk dan kubuat seperti jalur.
Allen senang sekali melihatnya, dia bisa berpura-pura berjalan atau sambil naik mobil-mobilan, menyusuri jalur geometrinya. Sambil bermain seru, otomatis dia juga belajar aneka bentuk dan aneka warna. Jika mau dikembangkan , bisa diajari juga menkelompokkan bentuk yang sama, atau mencari warna yang sama. Sekaligus bisa untuk belajar matematika sederhana, berapa jumlah bentuk yang sama.
Tambahan Bonusnya rumah kita akan menjadi lebih ceria hihihi


Kota hijau

Kok saya ingin ya saat bepergian ke suatu kota tanpa harus merasa berada di dalam hutan reklame.
Kota yang pernah saya kunjungi . terutama di Jawa, selalu saja penuh iklan, ya baliho, poster, spanduk, papan reklame raksasa, tiang lampu jalan raya juga ada iklannya, penunjuk arah warna ijo (kayak ke kantor polisi) juga ada iklannya, layar tivi raksasa isinya juga iklan. Mumet rasanya. Hampir di semua sudut dengan ukuran besar kecil yang ga karuan membuat tampilan kota makin semrawut.
Apa ya ndak bisa toh diatur yang lebih rapi, cantik dan yang penting sedikit aja. huft....

Foto kenangan

Setiap momen dalam perkembangan anak perlu (dan bagiku harus) untuk diabadikan dalam foto.
Ini tidak hanya memberi kenangan buat para orang tuanya, tapi juga bermanfaat buat si anak sendiri, dia bisa mengingat memori indah dan kejadian menarik yang pernah dilaluinya dulu.
Kalau jaman jadul harus perlu kamera untuk memotretnya, kini dengan adanya smartphone, yang sering berada dalam genggaman, kita mudah untuk berfoto setiap saat.
Hasil foto yang dalam bentuk digital biasa kita simpan di notebook, lalu kita upload di sosmed.
Tapi di keluarga kecilku, foto-foto yang berkesan mewakili perkembangan si kecil, tetap aku cetak secara manual dan aku masukkan album foto. Penting bagiku untuk mempunyai hardcopy foto-foto tersebut. Selain lebih mudah diakses, dan bisa dilihat kapan saja tanpa harus menyalakan komputer, Allen juga kelak akan mempunyai album foto yang bisa dia koleksi ketika dewasa.
Sekarang , sampai Allen umur 5,5 tahun ini, kami sudah memiliki delapan album foto. Dimulai sejak foto Allen baru lahir, momen Allen saat di kota Mojokerto, Surabaya, Jombang, Kediri, Malang, Batu, Semarang, Sidoarjo, Jogja, Solo, Madiun, Ponorogo, Magetan, Purwokerto, Bandung, Ambarawa, Bekasi.

Selasa, 07 Oktober 2014

Semua hari itu baik


Keinginan kami, aku dan ayahnya Allen, supaya kelak saat tiba masanya Allen berkarya, dia tidak terjebak seperti pengalaman kedua orang tuanya. Yang selalu menanti kapan wiken, kapan tanggal merah. Kami ingin Allen sepenuhnya menikmati kebahagiaan di semua hari dengan sama baiknya, menghasilkan karya terbaiknya. Amin

Apakah instan identik dengan malas?

Jika ada cara instan , cepat, dan mudah mengapa pilih cara yang rumit?
Well, ada kalimat bijak bahwa jika kita mendapatkan sesuatu dengan cara yang instan maka akan cepat pula kita kehilangannya.
Memang benar , aku setuju. Namun dalam beberapa kasus, hal tersebut kayaknya juga masih sering menjadi pilihan.
Taruhlah aku, seorang bunda , yang ga punya keahlian masak. Saat memang punya niat dan waktu ingin mengeksekusi suatu resep ada, maka dengan rajin akan aku praktekkan langkah-langkahnya.
Tapi di suatu masa yang ga rajin, dan aku ingin membuat masakan njlimet seperti rendang contohnya, dan dalam porsi yang kecil pula, rasanya kok praktis langsung pakai bumbu instan rendang ya.
Dan ketika membuat kue, aku juga awalnya rajin menakar resep, namun sekarang lebih mengandalkan aneka tepung premiks, yang tinggal campur, ublek, panggang, jadi deh
Dalam hal fotografi, sekarang makin banyak aplikasi software yang siap pakai.Ngga perlu ribet belajar tentang lensa, iso, arah cahaya, de el el. Kamera digital saat ini juga sudah disediakan menu otomatis tentang pengaturan. Kalau di smartphone tinggal pakai kamera 360 jadi deh.
Soal dandan, sekarang juga makin instan dengan adanya terobosan bb cream dan cc cream, yang merupakan gabungan berbagai fungsi krim.
Di jaman online ini, semua transaksi perbankan pun rasanya kalau perlu, hanya menekan satu tombol untuk melakukan semua transaksi. Mudah dan cepat.
Kalau dulu saat sekolah, pelajaran seperti fisika atau matematika , pasti memakai rumus yang tercepat supaya bisa segera menyelesaikan.
Pembangunan rumah juga kerap memakai bahan instan siap pakai, seperti misal gentengnya.
Tidak mau kepanasan, ribet parkir, males macet, ada cara instan berbelanja, yup pakai onlineshop. Sungguh sangat membantu terutama buat para emak yang suka rempong dengan bocilnya.
Semua tetap ada kebaikan dan keburukan. Harus dilihat apa persoalan yang dihadapi. Apabila kita keliru memilih menggunakan cara instan padahal akan lebih baik jika memakai cara yang lebih detail, nanti kita hanya akan menyesali hasilnya.

Senin, 06 Oktober 2014

Ilfeel gara-gara status dumay

 Kemudahan teknologi internet, dan banyaknya sosial media membuat kita kudu makin bijak
Sosial media itu apa seh? yang paling gampang jawabnya ialah media buat kita bisa narsis dan eksis di seantero jagad. Mulai dari fb, twitter, instagram, path, pinterest, youtube, kaskus, blog, dan lain-lain
Kita bisa berbagi informasi baik yang positif maupun sebaliknya. Dengan sosmed kita juga bisa membentuk opini publik, membangun komunitas, mengintimidasi seseorang, mencari uang, memperbanyak teman, mencari jodoh, wis pokoke hampir semua bisa deh.
Facebook adalah salah satu sosmed yang aku punya. Dan yang paling sering dipakai pengguna sosmed kebanyakan. Fiturnya sangat user friendly, bisa untuk update status, terkini, terheboh atau status ga penting. Aktifitas pemilik akun facebook adalah membaca status-status tadi.
Saat teman kita menulis berita tentang kehadiran buah hati tentu saja kita merespon, minimal dengan memberi like. Saat teman mengupload foto makanan yang menggugah selera, kadang kita kepo untuk pengen tahu tempat belinya dimana, atau saat teman meng-share berita dari sebuah link kita juga ikut re-share lagi.
Suatu saat kadang teman menulis status yang bikin kita eneg atau bahkan kita merasa "ini orang waras ga sih?" . Status yang berbeda dengan pikiran kita. Status yang kadang bikin kita gondok. Padahal dia teman kita, teman yang memang kita kenal.
Sebagai contoh saat pemilihan pilpres, setiap detik status yang muncul di facebook adalah saling hujat menghujat. Semua merasa yakin dengan pilihan masing-masing. Dan tak pelak aku juga ikut terpengaruh euforia kala itu, teman yang pasang status aneh-aneh ,bikin aku illfeel aku set unfollow , supaya statusnya tidak muncul saat aku buka menu home. Atau mungkin terjadi pada kasus orang lain, dia tidak hanya unfollow, tapi unfriend, bahkan sampai menge-block akun temannya sendiri.
Perang status twitter juga sering terjadi, contoh di kalangan artis. Atau yang baru saja terjadi Status Path seseorang yang kesal karena antrian BBM, juga bikin heboh.
Meski aku tidak 100% benar saat memakai sosmed, aku pun berusaha untuk selalu positif dan tenang, berpikir panjang saat mengunggah status, upload foto, re-share link artikel, atau memberi komen ke akun orang lain. Jangan memancing perselisihan dan perbanyak membagi hal atau informasi yang baik. Berusaha menghargai perbedaan pendapat, dan jika kita memang kesal, jangan diumbar di sosmed untuk kalangan publik.
Jika merasa status yang kupasang bernada negatif ,tak segan aku langsung menghapusnya, supaya tidak berkepanjangan. Namun jika yang kuupload memang bermanfaat (meski sedikit ekstrim) aku tetap pasang.
Teman di dunia nyata yang sudah sedikit jangan sampai berkurang lagi gara-gara putus di dunia maya.


Rabu, 01 Oktober 2014

Tempat-tempat yang harus diketahui Ibu baru

Berikut ini aku mau berbagi tempat-tempat wajib yang harus diketahui oleh para ibu baru, Berdasarkan pengalamanku sendiri sih, baru sampai saat usia Allen 5 tahun ini hehe, jadinya kalau ada yang kurang ya mohon dimaafkan :)

Sebelumnya, terlepas dari tempat-tempat wajib di bawah, berhubung kami tidak memakai jasa asisten rumah tangga, maka kemanapun kami pergi biasanya Allen ikut. Jadi bisa sekaligus mengenalkan Allen pada tempat-tempat baru, semisal ke kantor ayahnya, bengkel, pasar, rumah tetangga, pom bensin, toko buku, bandara,  kantor pos, bank, aneka warung makan enak, stasiun, terminal, stadion olahraga, toko jual tanaman, menjenguk teman di rumah sakit, tempat ibadah, kampus, pameran, arisan, seminar, toko kain,toko komputer, toko bahan kue,tambal ban,  pesta pernikahan teman, tukang jahit, pertunjukan musik, kopdar dengan komunitas online, atau bahkan pernah aku ajak ke stokis (maklum mantan penggiat MLM).

- toko perlengkapan bayi , selama masa kehamilan udah datang ke toko ini buat mencari perlengkapan persalinan, dan juga setelah melahirkan , masih sering ke toko ini buat beli segala hal tentang bayi,mulai dari box bayi, stroller, baju, mainan, popok, alat mandi de el el

- dokter anak, berdasar pengalaman, datang ke dokter spesialis anak cuman saat masih balita, selepas itu kalau saat anak sedang sakit bisa datang ke dokter umum

- pijet bayi, ini kalau di tempatku namanya didadah, dan biasanya oleh para ibu tua , namun mungkin sekarang banyak juga tempat spa bayi modern, berguna buat perkembangan motorik, juga kalau saat sudah menginjak usia setahun ke atas yang sudah belajar berjalan dan banyak tingkah polahnya

-Kalau udah menginjak masa sekolah, mulai deh aktif mencari skula atau tempat kursus yang cocok buat anak dan cocok buat kantong orang tua.

- Yang paling utama adalah tahu di mana ada tempat bermain, wajiiiib banget tahu. Ada tempat bermain indoor, biasanya di mall. Saat ayahnya Allen berpindah-pindah kota untuk bekerja, aku pun ikut menetap atau berkunjung. Di Mojokerto, Jombang, Kediri, Semarang, Jogja, Madiun,Purwokerto, Bandung, hampir semua mall aku datangi, Hehehe banyak yang mengira aku emang tukang shopping atau anak mall. Tapiiii, dengan status yang sekarang, punya buntut satu, aku itu nge-mall untuk menemani Allen bermain. Tiap mall kan wahana bermainnya lain, jadi biar ga bosen.
Tempat indoor yang bisa untuk sarana bermain sambil belajar ialah museum. Seperti museum satwa, museum geologi, museum angkut, museum Mojopahit, museum mata 3D , de es be.
Selain indoor, juga ada tempat bermain outdoor, biasanya di alun-alun, lapangan, candi, naik kereta kelinci dari desa ke desa, perkebunan buah/sayur, tempat pemancingan, air terjun, kolam renang, kebun raya, pasar malam, theme park, peternakan,tempat perkemahan, kebun binatang, tempat outbound, gunung. hutan wisata, telaga, pantai, atau taman kota.
Dan bisa saja kita ajak anak hanya untuk sekedar menikmati keindahan alam tanpa harus mengunjungi lokasi wisata tertentu, seperti memandang hijaunya sawah , birunya langit, indahnya bulan bintang.
Para ibu baru wajib mengetahui tempat menarik untuk anak atau menciptakan "tempat menarik" itu.
Seperti menciptakan pikinik asik di sepetak halaman depan rumah kami ini.



Selasa, 30 September 2014

Platnya AB ?

Sepeda motorku tercintah ini sudah menemaniku dari jaman aku kerja di Jogja, tahun 2007 tepatnya 5  Mei 2007 (buka BPKB dulu hehehe). Dan setelah aku menikah statusnya menjadi sepeda motor kami ,duh romantisnya... ( apa coba...?).
Sepeda motor ini sudah mengantar kami kemana-mana, paling jauh sepertinya dari Jogja sampai puncak Dieng. Track recordnya sudah mengitari kota-kota di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Kami adalah keluarga nomaden, yang berpindah tempat tinggal di beberapa kota. Tentu saja si sepeda motor setia mengikuti.
Sepeda motor kami ini bisa membuat orang menjadi bernostalgia dan bisa mengobati rasa kangen seseorang.
Nomer platnya AB 32xx QQ, dan saat kami tinggal di Jombang dan Madiun, sepeda motor kami menjadi gampang dikenali dan menjadi lebih spesial (mosok to).
Sering kami ditanya orang , platnya AB ? otomatis kami mengiyakan dan obrolan pun pastilah berlanjut, Jogjanya dimana? kami pun dengan senang hati menjelaskan.
Makin cair, si penanya pun bercerita tentang kisah dirinya, saya juga asalnya dari jogja atau saya juga pernah tinggal di jogja.
Kami pun menanggapinya lagi dengan sopan dan percakapan terjadi minimal selama 10 menit.
Kami bertanya tinggalnya dimana saat di Jogja, kapan terakhir pulang, atau sekarang di kota Madiun ini tinggal dimana, dan seterusnaya.
Seperti tadi malam, saat aku dan Allen pergi untuk beli obat di apotik. Pak parkir bertanya kepadaku, platnya AB bu?
Kujawab iya pak , kami dari Jogja.
Pak parkir lalu tersenyum dan berkata dia juga berasal dari Jogja. Dimana bu Jogjanya?
Kami di Maguwo pak, balasku.
Ooo, dekat tempat saya Bu, kalau saya di Kotagede Bu.
Hehehe, jauhlah pak kalau ke kotagede. Saya juga beberapa kali ke kotagede pak, suka makan sate karang , dan pernah mampir ke Cokelat Monggo.
Oooo iya bu, saya tau sate karang sama coklat monggo. Kalau saya tinggalnya di daerah dekat pasar bu.
Kapan terakhir mudik pak?
Wah udah lama bu, sekarang saya sudah lama berkeluarga di Madiun.
Okey pak, kami pulang dulu , terimakasih .
Iya , mari , sama-sama bu.

Sebagai sesama perantau sungguhlah menyenangkan mendapati orang yang juga berasal dari kota yang sama. Kami bisa saling bertukar cerita tentang tempat yang sama, juga mendapatkan kembali kenangan tentang kota yang sama.

Sinau boso jowo

Belajar bahasa itu paling mudah jika dilakukan dalam bentuk percakapan
Jika hanya belajar di sekolah yang notabene berupa tulis menulis  dan hapalan, pasti ga akan maksimal deh.
Di keluargaku dari dulu memakai bahasa jowo ngoko untuk percakapan sehari-hari Jadi berasa jawa timur asli rek. (suroboyoan mode on)
Saat kuliah karena tinggal di Ngayogyakarto hadiningrat, jadi menambah perbendaharaan bahasa jogja yang lebih alus.
Akan tetapi saat punya keluarga sendiri, kami memakai bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari bersama Allen. Kalau saat berdua dengan ayahnya Allen (yang lahir di Jogja), kami memakai bahasa jawa ala campuran (dan ala kadarnya).
Namun meski kami jarang mengajak Allen memakai bahasa jawa, namun karena dalam pergaulan dengan teman-temannya memakai bahasa jawa otomatis Allen gampang menyerap dan bisa berbahasa jawa walau sedikit.
Aku sendiri dulu rasanya juga bisa berbahasa jawa alus/kromo karena sering mendengarkan percakapan mama. Belajar secara otodidak. Ditambah dengan mempunyai bapak ibu mertua yang juga asli Jogja sehingga bisa menambah kosakata boso jowo alus.
Mungkin Allen juga bisa belajar otodidak saat mendengarkan percakapan ayah atau bundanya dengan orang lain.
Aku ingat saat sering memakai becak langganan di Jombang dulu, aku pasti menggunakan boso jowo alus saat berbicara dengan pak becak. Kalau aku menelpon untuk minta diantar, "Halo pak, saget ngeteraken mboten?" Allen kadang juga akhirnya ikut menirukan kata "ngeteraken" Hehe
Belum ada keinginan untuk menerapkan pemakaian boso jowo secara penuh di keluarga kecilku,hanya  kadang kalau pas ingat aku mengajak Allen berdialog dengan bahasa jawa, tapi banyak lupanya hehe.
Yang penting Allen ngerti dan paham bahwa ada berbagai bahasa, dan salah satunya boso jowo.

Pembeli rempong

Kali ini masih seputar kejadian saat aku membeli barang , lokasinya di supermarket ternama di Indonesia.
Barang yang ingin aku beli berupa box plastik kecil yang akan aku gunakan untuk menyimpan mainan Allen. Karena ukurannya yang menurutku pas maka aku memilihnya, tapi kok tidak ada tutupnya, sedangkan di stiker yang nempel di box ada tutupnya.
Maka aku pun bertanya kepada staff supermarket untuk meminta diambilkan tutup boxnya.
Jawaban si staff supermarket menerangkan bahwa tutup boxnya memang tidak ada karena pas awal barang itu masuk ke supermarket juga tutupnya tidak ketemu.
.................
Diam seribu bahasa (gagal paham dan mencoba memahami)
Lalu aku berlalu untuk memilih box lain, tapi dalam hati kok masih mengganjal.
Dasar pas ketemunya pembeli rempong seperti aku, dan memang saat itu aku lagi punya banyak waktu. Aku pun tetap di area itu, sambil memotret box tadi.
Saat itu staff supermarket lewat lagi, aku pun kembali bertanya apa benar tutupnya ngga ada, kan ini seharusnya box tertutup.
Lalu staff menjawab memang tutupnya belum ada bu, waktu itu ada pembeli lain yang juga nyari, tapi juga belum ketemu bu, tapi kalo ibu mau, saya carikan , tapi lama waktunya.
Sambil bernafas lega , aku pun langsung mengiyakan tawarannya, "O ngga apa-apa mas saya tunggu"
Aku sih tidak terlalu mengharapkan tutupnya sampai benar-benar ketemu, tapi masalahnya ialah jawaban pertama si staff tadi kok kesannya ngga profesional ya, alias males banget menanggapi konsumen. Untuk ukuran supermarket sebesar itu masa iya menjual produk cacat berupa box tanpa tutup. Kalau jawaban kedua sudah bisa membuat konsumen lega , karena dia mengusahakan dulu untuk mencari si tutup box.
Aku pun menunggu saja dengan sabar. Setengah jam berlalu, akhirnya si mas staff supermarket menerangkan bahwa tutupnya belum ketemu, dan dia juga menjelaskan bahwa pemegang tanggung jawab untuk area barang box dan kontainer sudah masuk shift pagi, jadi dia agak kesusahan untuk mencari.
Aku sih tidak masalah tutupnya tidak ketemu, aku tersenyum manis dan mengatakan okey tidak apa-apa mas. Si mas kembali berkata akan saya usahakan bu. dan kalau ketemu nanti ibu bisa membelinya lain kali.
Sip lah, aku menghargai usaha si mas ini. Bravo. Good Job .


Senin, 29 September 2014

Menulis itu bagai makan masakan favorit

Aku tipe orang yang introvert, kurasa memang sejak dari orok, karena seingatku , cara mendidik di keluargaku juga biasa saja dan malah hampir selalu ada acara untuk berkumpul dengan keluarga besar. Lalu tempat lingkunganku tumbuh juga cukup demokratis.
Ya begitulah aku. Lebih senang menjadi pendengar yang baik daripada memulai bergosip dan bercerita panjang lebar secara lisan.
Aku mulai nyaman melakukan aksi tulis menulis saat SMU , kala itu aku menempuh pendidikan di Malang dan tinggal sehari-hari di asrama. Aku memulai debut menulis buku diary. Kebiasaan yang terus berlanjut hingga kuliah, dan bahkan saat sudah bekerja walau memakai media komputer bukan lagi manual di buku tulis, seperti film Dr. Doogie Howser ( ada yang masih ingat ga?).
Apa sih enaknya menulis?
Seperti judul dia atas. menulis itu bagai makan masakan favorit, tidak akan pernah bosan dan saat pergi dan tinggal dimanapun, yang dicari adalah masakan yang sama. Untuk aku masakan favorit sejak kecil adalah gado-gado, hehe lidahku ini sangat senang merasakan bumbu kacang gado-gado yang manis dan gurih.
Kembali ke soal menulis. Menulis bagiku bisa mencurahkan emosi lebih dalam dan intens (ciye bahasanya).
Lewat tulisan aku serasa bisa tertawa lebih lepas, menangis hingga lega, mengeluarkan kemarahan dengan santun (halahh), pokokmen bisa berekspresi dan mengeluarkan semua ide, pikiran, uneg-uneg dengan lebih mudah dan smooth (kayak iklan).
Berkat dari menulis pertama kali ialah aku bisa menang acara jalan-jalan bersama tim Jejak Petualang ke Papua (so grateful).
Berkat menulis aku juga bisa menang pemilihan Perempuan Inspiratif NOVA 2010 (ga nyangka bingit).

Berkat menulis aku bisa menang hadiah NOVA dalam sayembara penulisan cerita mudik.

Berkat menulis aku bisa ikut dalam beberapa buku antologi, yakni







Berkat menulis aku juga bisa dua kali nampang narsis di rubrik komunitas dan dua kali artikel rubrik kata hati dimuat majalah SEKAR.

ASIK BINGIT lah menulis itu, dan selalu bersyukur pada Tuhan telah memberi talenta ini.

Sejarah mau masak



Memasak adalah hal yang dulu tak pernah kubayangkan akan bisa kulakukan. Saat masih pengantin baru pun, aku sama sekali tidak mempunyai rencana untuk membeli sebuah kompor. Kondisi saat itu suami bertugas di luar kota, dan aku menempati rumah sendiri, dan dalam benakku untuk makan sehari-hari aku akan membeli di warung makan saja.
Lalu ketika orangtuaku datang berkunjung, dan melihat aku tidak mempunyai sebuah kompor. Maka saat itu juga mama dan papa langsung mengajakku ke hipermarket untuk membelikan aku kompor. Kata mama, meskipun aku saat ini tinggal sendiri namun sangatlah penting untuk mempunyai sebuah kompor dalam sebuah rumah. Dan aku pun mengiyakan saja.
Kompor itu ternyata memang berguna, aku bisa memakainya untuk memasak mie instan, atau menghangatkan makanan yang aku beli dari rumah makan. Saat suami pulang di akhir pekan, kami juga lebih sering tetap membeli masakan matang. Karena pada dasarnya aku sama sekali tidak bisa memasak, kecuali menggoreng telur.
Dua bulan berlalu dan akupun dinyatakan positif hamil. Aku dan suami sangat bersyukur dan gembira bahwa kami akan mempunyai bayi, namun sekaligus sedikit khawatir karena aku tinggal sendiri. Selama proses kehamilan, ada saat dimana aku ingin makan masakan tertentu alias ngidam. Dan benarlah itu terjadi.
Aku pun akhirnya menggunakan kompor untuk memasak sungguhan. Aku berkonsultasi dengan mama lewat telpon. Aku mencatat bahan-bahan, dan membelinya di tukang sayur yang lewat depan rumah. Mungkin pikir sang tukang sayur kok tumben-tumbenan aku belanja. Meskipun dari dulu aku sudah bisa membedakan bumbu-bumbu masakan, seperti bawang, merica, ketumbar, laos, jahe, kunyit, temu kunci, kencur, asam, pala, namun bedanya kini aku tak hanya sekedar tahu namanya, tapi tahu kegunaanya sebagai bumbu masakan.
Lalu aku mencatat langkah-langkah setiap resep masakan. Dimulai dengan  masakan pertama sarden. Ya meskipun sudah berupa makanan kaleng yang siap saji, namun kebiasaan di keluargaku, sarden tetap dimasak ulang oleh mama. Aku pun sukses memakan hasil masakanku sendiri yang enak.
Resep berikutnya ialah sop. Aku belajar untuk membuat kaldu, menggunakan bawang dan merica. Disusul dengan sayur bening dan dadar jagung. Wah ternyata aku bisa membuat dadar jagung yang lezat. Kemudian berlanjut dengan resep tingkat menengah seperti membuat bali ayam, lapis daging, aneka tumis, asem-asem pindang, ayam koloke, semur daging, sambal goreng tempe, cap cay, bahkan membuat resep rujak gobet. Wah aku sudah merasa seperti chef yang jago deh pokoknya. Suami pun turut senang dengan hidangan buatanku. Dan yang penting rasa ngidamku keturutan.
Saat anakku sudah waktunya diberi MPASI, aku pun berniat untuk memasaknya sendiri, karena toh aku tidak bekerja kantoran. Resep sederhana untuk bayi ialah masakan tanpa gula garam. Aku mengkoleksi banyak resep dari milis, atau membeli buku resep MPASI. Sampai usia setahun aku merasa puas karena bisa membuat MPASI homemade.
Setelah akhirnya keluarga kecil kami bisa hidup bersama, karena suami pindah penempatan tugas, aku juga mulai suka mencoba resep-resep dari buku atau sengaja browsing di internet. Ada kalanya masakanku rasanya tidak karuan padahal sudah sesuai resep, tapi banyak juga yang sukses. Kemudian masakan yang sukses itu aku foto dan diupload ke facebook untuk sekedar pamer. Dan ternyata banyak komentar dari teman yang meminta resep masakanku.
Selain berupa masakan, aku pun ingin mencoba membuat aneka kue. Maka dengan persetujuan suami aku pun membeli oven. Kue-kue buatanku lumayan hasilnya, meskipun untuk membuat kue kering masih sering gagal. Tapi aku sangat suka dengan memasak kue.
Sekarang usia buah hatiku sudah 5 tahun, dan dia juga senang makan masakan bundanya. Aku membayangkan andaikata aku dulu tetap bersikukuh tidak membeli kompor dan tidak mau belajar memasak, apa jadinya rumah tanggaku. Kini aku tersenyum dan merasa bahagia tatkala suami dan anakku memuji dan menghabiskan masakanku.

 

Template by Web Hosting Reviews