Memasak
adalah hal yang dulu tak pernah kubayangkan akan bisa kulakukan. Saat masih
pengantin baru pun, aku sama sekali tidak mempunyai rencana untuk membeli
sebuah kompor. Kondisi saat itu suami bertugas di luar kota, dan aku menempati
rumah sendiri, dan dalam benakku untuk makan sehari-hari aku akan membeli di
warung makan saja.
Lalu
ketika orangtuaku datang berkunjung, dan melihat aku tidak mempunyai sebuah
kompor. Maka saat itu juga mama dan papa langsung mengajakku ke hipermarket
untuk membelikan aku kompor. Kata mama, meskipun aku saat ini tinggal sendiri
namun sangatlah penting untuk mempunyai sebuah kompor dalam sebuah rumah. Dan
aku pun mengiyakan saja.
Kompor
itu ternyata memang berguna, aku bisa memakainya untuk memasak mie instan, atau
menghangatkan makanan yang aku beli dari rumah makan. Saat suami pulang di
akhir pekan, kami juga lebih sering tetap membeli masakan matang. Karena pada
dasarnya aku sama sekali tidak bisa memasak, kecuali menggoreng telur.
Dua
bulan berlalu dan akupun dinyatakan positif hamil. Aku dan suami sangat
bersyukur dan gembira bahwa kami akan mempunyai bayi, namun sekaligus sedikit
khawatir karena aku tinggal sendiri. Selama proses kehamilan, ada saat dimana
aku ingin makan masakan tertentu alias ngidam. Dan benarlah itu terjadi.
Aku
pun akhirnya menggunakan kompor untuk memasak sungguhan. Aku berkonsultasi
dengan mama lewat telpon. Aku mencatat bahan-bahan, dan membelinya di tukang
sayur yang lewat depan rumah. Mungkin pikir sang tukang sayur kok
tumben-tumbenan aku belanja. Meskipun dari dulu aku sudah bisa membedakan
bumbu-bumbu masakan, seperti bawang, merica, ketumbar, laos, jahe, kunyit, temu
kunci, kencur, asam, pala, namun bedanya kini aku tak hanya sekedar tahu
namanya, tapi tahu kegunaanya sebagai bumbu masakan.
Lalu
aku mencatat langkah-langkah setiap resep masakan. Dimulai dengan masakan pertama sarden. Ya meskipun sudah
berupa makanan kaleng yang siap saji, namun kebiasaan di keluargaku, sarden
tetap dimasak ulang oleh mama. Aku pun sukses memakan hasil masakanku sendiri
yang enak.
Resep
berikutnya ialah sop. Aku belajar untuk membuat kaldu, menggunakan bawang dan
merica. Disusul dengan sayur bening dan dadar jagung. Wah ternyata aku bisa
membuat dadar jagung yang lezat. Kemudian berlanjut dengan resep tingkat
menengah seperti membuat bali ayam, lapis daging, aneka tumis, asem-asem
pindang, ayam koloke, semur daging, sambal goreng tempe, cap cay, bahkan
membuat resep rujak gobet. Wah aku sudah merasa seperti chef yang jago deh pokoknya.
Suami pun turut senang dengan hidangan buatanku. Dan yang penting rasa ngidamku
keturutan.
Saat
anakku sudah waktunya diberi MPASI, aku pun berniat untuk memasaknya sendiri,
karena toh aku tidak bekerja kantoran. Resep sederhana untuk bayi ialah masakan
tanpa gula garam. Aku mengkoleksi banyak resep dari milis, atau membeli buku
resep MPASI. Sampai usia setahun aku merasa puas karena bisa membuat MPASI
homemade.
Setelah
akhirnya keluarga kecil kami bisa hidup bersama, karena suami pindah penempatan
tugas, aku juga mulai suka mencoba resep-resep dari buku atau sengaja browsing
di internet. Ada kalanya masakanku rasanya tidak karuan padahal sudah sesuai
resep, tapi banyak juga yang sukses. Kemudian masakan yang sukses itu aku foto
dan diupload ke facebook untuk sekedar pamer. Dan ternyata banyak komentar dari
teman yang meminta resep masakanku.
Selain
berupa masakan, aku pun ingin mencoba membuat aneka kue. Maka dengan
persetujuan suami aku pun membeli oven. Kue-kue buatanku lumayan hasilnya,
meskipun untuk membuat kue kering masih sering gagal. Tapi aku sangat suka
dengan memasak kue.
Sekarang
usia buah hatiku sudah 5 tahun, dan dia juga senang makan masakan bundanya. Aku
membayangkan andaikata aku dulu tetap bersikukuh tidak membeli kompor dan tidak
mau belajar memasak, apa jadinya rumah tanggaku. Kini aku tersenyum dan merasa
bahagia tatkala suami dan anakku memuji dan menghabiskan masakanku.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkenan memberi komentar