Senin, 06 Juni 2016

Berikan ruang untuk imajinasi

Beberapa hari lalu, aku dan allen ke sd tumbuh 2 untuk jadwal pengambilan kain seragam.
Setelah beres, kami melihat bahwa di jogja national museum sedang ada perhelatan art|jog|9. Maka kami pun menyempatkan diri kesana.
(Asiknya kalo bersekolah di dalam kompleks museum).

Sebenarnya semua yang dipamerkan ditujukan untuk kalangan dewasa, karena ada filosofi tertentu di balik karya seninya.
Ada pula beberapa ruangan yang tidak diperbolehkan dimasuki anak kecil karena tertulis banyak kata umpatan di dindingnya.

Aku pun berusaha menjelaskan sebisa mungkin secara panjang lebar untuk allen, karena dia bertanya itu apa untuk setiap yang dilihatnya.
Seperti misal aku menerangkan seni instlasi tentang keserakahan manusia yang berebut sumber daya alam sampai saling berperang.
Atau tentang budaya konsumerisme makanan-makanan instan yang menimbulkan banyaknya sampah plastik.

Namun, di tengah perjalanan penjelajahan kami, aku memutuskan untuk menjawab singkat saja, hanya seputar judul dan bentuk fisik karya seni.
Biarlah allen memberikan interpretasinya dengan pandangan seorang anak.
Biarlah allen berimajinasi sendiri dengan pemikirannya.
Biarlah allen bebas mengeksplorasi dengan semua inderanya.

Dan dapat ditebak, karya yang disukai allen tentu saja tak jauh dari favoritnya, yakni kereta api.
Juga satu lagi , berupa dokar modifikasi yang bisa menggerakkan beberapa bagiannya, seperti mainan.

Keindahan dari hal sederhana

Kemaren malam allen pengen makan di warung yang ada lesehannya.
Ketemu warung pecel lele pinggir jalan yang menjual aneka menu penyetan.
Penjualnya ada beberapa bapak2 dan seorang ibu.
Di ujung meja terlihat seorang anak kecil yang menonton tivi sambil minum susu. Dia anak pemilik warung.
Tiap beberapa menit si anak rewel meminta perhatian ibunya.
Sementara sang ibu sedang sibuk menyiapkan nasi.
Tapi, si ibu tetap selalu datang untuk melihat dan memastikan anaknya dalam keadaan nyaman selama ditinggal.
Kejadian tersebut berulang beberapa kali.
Di saat semua pembeli sudah mendapatkan pesanannya, para penjual menjadi sedikit rileks.
Sang ibu mengeluarkan selendang untuk menggendong anaknya.

Salut bagi si ibu yang ikut berjuang mencari nafkah namun tetap menomorsatukan anaknya.

Salut juga bagi para ibu di luar sana yang luar biasa hebatnya...

(Tampak di foto, si ibu duduk menggendong anaknya)

Jumat, 20 Mei 2016

Ayo bangkit

Tulisan ini dibuat tanggal 20 Mei, di hari kebangkitan nasional.
Mendapat inspirasi saat berada di taksi, ketika melihat aneka profesi di  sepanjang perjalanan.

Lalu berpikir kalau sebenarnya sudah ga jaman lagi ada yang mengeluh kurangnya lapangan pekerjaan. Atau para penganggur yang berteriak dan berdemo minta pekerjaan.
Sebelum menuntut yang macam-macam, koreksi diri dulu , apa keahlian dan ketrampilan yang dimiliki, kok dari dulu saat ngelamar pekerjaan ditolak terus.
Tingkatkan dulu kualitas diri biar punya nilai lebih dari yang lain.
Ikut kursus atau magang dulu cari ilmu dan pengalaman.

Atau daripada sibuk cari lowongan pekerjaan, mbok ya jadi wirausaha saja.
Modal darimana? Sekarang ini udah banyak jalan kalau mau punya usaha. Apalagi ini jaman online. Bisa sistem dropship, bisa reseller, atau ikut komunitas.
Dari pihak pemerintah atau bank juga biasanya bisa memberi modal dan pelatihan untuk UKM.
Khusus bagi yang berjiwa sosial, bisa bikin komunitas start up yang sekarang lagi trend. Berdayakan masyarakat untuk bersama-sama mencapai tujuan mulia.

Kalau bayangan saya sih, suatu saat di negara kita banyak pengusahanya.
Lah kalau semua jualan, yang beli siapa?
Ya bangsa lain lah....
Kan keren , ya to ?

Makanya ayo bangkit !

Welah, isih penak ngelekar ning kasur je, sik sedhilit neh ya....(mapan merem)

Melekat erat

Yuk ke jogja, ...
Lalu jalan-jalan liat pantai indrayati, liat candi prambanan, liat hutan pinus mangunan, liat puncak suroloyo. Tempatnya indah dan bagus buat selfie.
Lokasinya semua ada di jogja, di PROPINSI DIY.
Bukan di kota Jogja.

Pantai indrayati ada di kabupaten Gunung kidul, propinsi DIY.
Candi prambanan ada di kabupaten Sleman, propinsi DIY.
Hutan pinus mangunan ada di kabupaten Bantul, propinsi DIY.
Puncak suroloyo ada di kabupaten Kulonprogo, propinsi DIY.

Nama-nama kabupaten dengan ibukota masing-masing terasa kurang terkenal.
Mungkin disebabkan nama propinsi dan nama ibu kota propinsi yang sama, yakni Yogyakarta.

Bandingkan kalau misal mau jalan-jalan ke agrowisata apel.
Kalimat yang biasa dipakai , yuk jalan-jalan ke Batu.
Dan bukan yuk jalan-jalan ke Jawa Timur.

Atau misal mau jalan-jalan ke pasar klewer.
Kalimat yang biasa dipakai , yuk jalan-jalan ke solo.
Dan bukan yuk jalan-jalan ke Jawa Tengah.

Kemungkinan lain dari kurang terkenalnya penyebutan Bantul, kulonprogo, sleman , gunungkidul , adalah luas propinsi DIY tidak seluas propinsi lain, jadi dianggap sebagai satu kota saja. Pokokmen jogja.

Tidak ada masalah sih selama pendapatan dari wisata masuk ke pad masing2 kabupaten. Cuman hanya jadi tidak punya personal branding atau imej.

Anyway kalau mau dolan ke bantul, monggo boleh mampir ke rumah saya.

Kamis, 31 Maret 2016

Spesialisasi itu lebih dicari

Membaca berita tentang joey alexander dan rio haryanto membuat kita ikut bangga dan senang. Mereka berhasil mewujudkan impiannya dengan kerja keras, konsisten dan pantang menyerah.

Dan membuat aku tersentil juga, apa karyaku yang sudah berumur tigapuluhan (plus) tahun ini.
Aku termasuk golongan generalis, mempunyai banyak kesukaan tapi tanpa ada satu yang benar-benar aku dalami.

Itulah perbedaan mencoloknya dengan dua tokoh di atas. Spesialisasi.
Mereka tahu benar, bahkan sejak belia, apa hobby dan passionnya, dan mereka tekuni dengan serius, dan menjadikannya profesi.

Aku mengingat apa saja passionku, dari sejak kecil memang tertarik dengan hal-hal pengembangan dan motivasi diri (harusnya kuliah psikologi mungkin ya), juga tertarik dagang (sudah benar kuliah di akuntansi, tapi tetep berujung neraca minus), hobby jalan-jalan plus foto-foto jadi satu paket (ya disesuaikan dengan isi dompet) dan menulis (udah bikin blog, hanya sekedar iseng-iseng buat curhat ga jelas). Belakangan karena menjadi seorang ibu, tertarik juga masalah parenting juga hal finansial planning untuk keluarga (biar ga tombok, ampun deh).
Mana spesialisasiku?
Krikk...kriiik...kriik... (sound efek bunyi jangkrik).

Ah kalau begitu ya sudahlah, tulisan ini ditujukan buat pembaca budiman agar bisa mengambil hikmah dari pengalaman saya.
(Saya sendiri juga (masih terus) berusaha mengambil hikmahnya).
Yang pasti jangan menjadi "sok tau" di bidang yang sama sekali kita ga paham.

Milikilah keunggulan spesifik, berprofesilah sebagai seorang spesialis. Niscaya pasti sukses (asal juga berbudi pekerti luhur, aku bocahMu).
Amiiin .

 

Template by Web Hosting Reviews