Sabtu, 10 Oktober 2015

Milik siapa

Saat itu kami selesai makan di fastfood ayam goreng terkenal, Allen rikues makan disana karena tertarik gimmick hadiah dari tokoh seri hotel transylvania.
Allen memilih blooby, makhluk agar-agar berwarna hijau.
Kemudian berhubung lokasi tempat makan berada di dalam pusat perbelanjaan a.k.a mall, acara berlanjut ke lantai atas untuk bermain.
Kelar mengisi kartu isi ulang, allen memilih main balap mobil, balap sepeda, bola jatuh, pemadam kebakaran dan memasukkan bola.
Di permainan terakhir kami menemukan sebuah mainan hadiah dari fastfood yang sama, tapi tokohnya si manusia serigala.
Aku melihat sekeliling siapa tau pemiliknya ada di sekitar situ.
Tak tampak ada yang merasa kehilangan.
Aku dan allen pun malah memainkannya.
Godaan datang, ingin kuambil saja mainan itu untuk allen, supaya koleksi hotel transylvanianya bertambah.
Aku berkata, kita duduk sini dulu siapa tau ada yang datang mencari.
Beberapa menit berlalu, ga ada yang terlihat mencari.
Hmmm.......
Ambil bawa pulang saja

"Yuk dik, kita bawa dan serahkan ke mbak petugas yang disana", malah kalimat tersebut yang keluar dari mulutku.

Allen pun bergegas sigap menyerahkan mainan ke mbak petugas, "ini mbak ada mainan ketinggalan"
Mbak petugas tersenyum, " o iya terimakasih "

Kami pun melangkah pulang. Berjalan menuju halte trans.

Aku merasa lega, anak selalu copycat. Apa jadinya bila terbawa sampai besok dewasa, mengambil sesuatu yang bukan miliknya.

Jumat, 25 September 2015

Bregada Karaton Ngayogyokarto

Saat hari libur idul adha kemaren aku mengajak Allen untuk berjalan-jalan.
Tujuan utama untuk melihat museum kraton.
Tapi ternyata museum tutup, karena ada acara garebeg.
Tidak menyia-nyiakan kesempatan, maka aku membeli undangannya.
Dan memang acaranya sangat mengesankan.
Diawali dengan pawai prajurit atau bregada karaton yang berasal dari 10 kesatuan, yakni wirabraja, daheng, patangpuluh, jagakarya, prawiratama, ketanggung, mantrijero, nyutra, bugis dan surakarsa.
Allen sangat bersemangat melihat semua prajurit dengan seragam yang beragam.
Selesai barisan prajurit kemudian ada arak-arakan pembawa 7 buah gunungan.
Usai acara, kami menuju praji disebelah kraton karena kami dengar para prajurit berkumpul disana.
Dan memang benar, allen lalu minta berfoto dengan prajurit dari masing-masing kesatuan.
Kami juga menyaksikan upacara penutupan tugas dan penyimpanan panji-panji bendera. 
Para prajurit sudah berusia sepuh-sepuh namun tetap setia mengabdi menunaikan tugas yang mereka emban.

Kamis, 17 September 2015

Khotbah 2

Mengutip khotbah berikutnya yang juga disampaikan dalam cerita yang mengena dan sederhana.

Tema bahasan mengenai kadar kedalaman perkenalan.
Saat itu ada sebuah acara mengenai buku tentang bung Karno. Banyak peserta dan undangan yang ikut hadir, dari generasi veteran sampai yang muda. Sebelum dimulai , oleh pembawa acara mereka diberi pertanyaan,
"Siapa yang kenal dengan bung Karno?"
Semua langsung tunjuk tangan.
Lalu ditanya lagi,
"Siapa yang kenal bung Karno dan tahu buku tentang bung Karno?"
Sebagian peserta menurunkan tangannya.
Pertanyaan berlanjut,
"Siapa yang kenal bung Karno, tahu bukunya dan paham isi pikiran bung Karno?"
Yang tunjuk tangan mulai berkurang lagi
"Siapa yang kenal bung Karno, tahu buku, paham tentang pikirannya dan tahu keseharian bung Karno?"
Hanya tinggal beberapa , yakni para undangan yang tunjuk tangan.
Pertanyaan terakhir dari pembawa acara
"Siapa yang kenal bung Karno, tahu buku, paham tentang pikirannya, tahu kesehariannya, dan bisa berbicara bebas tentang apa saja dengan beliau?"
Semua hadirin saling pandang, dan terlihat hanya satu yang tunjuk tangan.
Orang tersebut adalah anak dari bung Karno.

Seberapa kenal kita dengan bapa kita meski kita anaknya.

Rabu, 16 September 2015

Khotbah 1

Mengutip kembali khotbah yang disampaikan saat kebaktian, karena ceritanya sangat mengena dan mudah dipahami .

Saat tema tentang kepercayaan, ceritanya sebagai berikut. Ada  seorang pemain akrobat sepeda di atas tali yang profesional , dan hari ini seutas tali itu dipasang di antara gedung bertingkat tinggi.
Pemain akrobat pun melaksanakan aksinya , dia naik sepeda yang di keranjang depannya diberi sebuah karung sebagai pemberat, dan dengan keseimbangan yang luar biasa, dia berhasil melewati tali dan tiba di ujungnya. Lalu pemain akrobat menaiki sepeda lagi dan mengayuhnya untuk kembali ke gedung semula, dan dia berhasil.
Penonton yang tegang menyaksikan langsung bertepuk tangan.
Kemudian pemain akrobat bertanya pada penonton di bawah, apakah mereka percaya bahwa dia dapat mengulangi kembali aksinya. Penonton pun berteriak antusias, mereka percaya.
Pemain akrobat kembali menyiapkan sepeda dengan karung di bagian depan, dia pun menyebrang lagi di atas seutas tali.
Tiba dengan selamat.
Penonton makin ramai bersorak dan bertepuk tangan.
Pemain akrobat tidak langsung kembali bersepeda ke gedung awal.
Dia melontarkan pertanyaan, apakah penonton percaya jika dia bisa kembali lagi ke gedung semula.
Penonton riuh berkata percaya.
Pemain akrobat kemudian menurunkan karung dari sepedanya.
Pemain akrobat berkata , jika kalian percaya saya bisa melakukannya , siapa yang mau ikut bersama saya dan duduk di depan sepeda.
Suasana seketika senyap.
Tak ada yang berani berkomentar.
Mereka semua jelas ragu dan tak yakin.
Saat semua masih berkasak kusuk, ada seseorang yang berteriak berani ikut.
Dia masih seorang bocah.
Lalu bocah itu diantar naik gedung, dan didudukkan di depan sepeda pemain akrobat.
Aksi pun dimulai, pemain akrobat profesional itu pun mulai mengayuh sepedanya, meniti tali. Sang bocah tampak santai dan tak ada ketakutan.
Dan ketegangan usai saat pemain akrobat bethasil melewati tali dengan selamat.
Semua takjub dan bergembira atas keberhasilan aksi tersebut.
Mereka pun bertanya-tanya siapa anak kecil pemberani itu.

Dan ya , si anak kecil adalah anak pemain akrobat. Dia sangat yakin dan percaya bahwa ayahnya tidak akan mungkin membahayakan dirinya. Dan memang benar, ayahnya selalu akan berusaha menyeimbangkan sepedanya dan membawanya ke gedung dengan selamat.

Seorang bapa akan menyelamatkan anaknya, dan anak percaya kepada bapanya

Jumat, 21 Agustus 2015

Sumbangan?

Siang ini aku mengantar Allen untuk mengikuti uji coba gratis kumon. Kalau dulu aku berasumsi bahwa les seperti itu belum perlu buat Allen, jadi Allen hanya aku ijinkan les renang saja. Namun kemaren Allen sendiri yang bilang ingin ikut les yang membutuhkan ketrampilan menulis. Allen saat ini masih TK B untuk kedua kalinya, dan dia memang membutuhkan pengetahuan baru selain dari sekolah, karena sudah bisa membaca menulis.

Oke, kembali ke gedung kumon yang berada di daerah airport Adisucipto.
Sembari menunggu Allen placement tes, aku duduk di lobby.
Kemudian pintu terbuka, masuklah seorang mas berusia sekitar 28tahunan, memakai kemeja rapi lengan panjang, celana jeans panjag, sepatu pantofel mengkilat. Rambutnya tersisir rapi belah pinggir, berkulit gelap. Dan sedikit berpeluh karena cuaca di luar memang panas.
Dan langsung tanpa basa basi, si Mas 'menodongkan' kotak kardus ke mbak pegawai kumon.
"Mbak minta sumbangan!"
Kulihat kotak kardusnya bertuliskan korban kekeringan Blora.
Si mbak pegawai kumon juga langsung mengiyakan sambil mencari uang kecil ke dalam kantor.
Tinggal aku berdua bersama si mas.
Aku sebenarnya ingin banget bertanya dari institusi apa, mana suratnya, dan sebagainya. Tapi kutahan saja dalam hati.
Si mas sabar menunggu berdiri dekat pintu .
Akhirnya si mbak pegawai memasukkan beberapa receh uang koin.
"Terima kasih" lalu si mas ngeloyor pergi.
Dia berjalan kaki menuju gedung sebelah sambil mengusap keringat di dahinya

Hmm ya sudahlah, sumbangan itu memang harus ikhlas. Note to myself.

Kamis, 12 Maret 2015

Trend legging bunga dan perut buncit

Kalau pas liat para wanita memakai legging bunga, komentar pertama yang muncul adalah aduh norak ah.

Legging biasanya dipakai para kaum hawa saat melakukan olahraga, namun semakin kesini , pemakaiannya bisa untuk kegiatan sehari-hari.
Mungkin 2 dari 3 perempuan mempunyai legging di lemarinya.

Begitu juga dengan saya. Awal mulanya karena perlu membeli untuk keperluan senam, namun aku jarang pakai legging buat sehari-hari, pertama sebab kurang pede, kedua karena ga nyaman aja kalau kelamaan pakai yang ketat-ketat , perut  buncitku tersayang nanti tersiksa wkwkwk.

Walaupun dalam setahun bisa dihitung frekuensi aku ikut senam atau belakangan ikut yoga lagi, biasanya karena faktor M...Malesnya puoll, tapi aku merasa perlu untuk punya beberapa setel pakaian senam, kaos dan legging.

Maka huntinglah aku setelah pulang senam, dengan masih semangat, ke toko yang kuincar. 

Setelah berhasil memilih dan membeli kaos polos size xl dan legging polos size xl, maka melangkahlah aku ke pintu keluar.
Mataku sempat melirik ke tumpukan legging motif bunga-bunga yang sedang in, dan karena pandanganku tak mau lepas, maka aku pun penasaran mengobarak-abrik celana-calana tersebut.
Semuanya kulihat legging panjang , iseng kutanya mba spg apakah ada yang pendek dan jawabannya sungguh menggembirakan, ada mba, sambil mencarinya.
Dua legging pendek stock terakhir pun ketemu, aku segera mengambil yang ada motif bunga ungunya.
Sempat kuragu apakah nanti akan muat kupakai, karena ukurannya all size.
Kuperhatikan dengan cermat, kutarik untuk melihat kelenturannya, dan dalam hati kurasa akan muat.
Yak bungkus deh . Aku punya legging trendy sekarang hahaha.

Setelah mandi sore, legging baruku kupakai, wah muat, meski memang lebih nyaman kalau agak besar sedikit sih.
Dan anakku pun memuji celana legging ini, bagus katany, hehe ga nyesel lah (kali ini) nyoba ikutan trend. 

Rabu, 11 Maret 2015

Menjaga mood

Kata bijak bilang kita harus menjadi pribadi yang penuh syukur agar bahagia.

Namun dalam prakteknya , tidaklah mudah untuk bisa bahagia dan gembira selama 24jam.

Ada saja tantangannya, meski saat bangun pagi kita sudah dalam keadaan mood yang baik, penuh welas asih dan bersyukur, belum tentu bisa bertahan sampai malam ketika kita kembali tidur.

Pengaruh luar yang negatif memang seharusnya jangan mengubah kedamaian di dalam hati kita yang sudah positif.

Aku juga masih terus belajar dan mengalami proses menjaga mood agar selalu baik tiap harinya.
Salah satu tips yang kusadari adalah dengan mengurangi keinginan-keinginan yang selalu berseliweran di pikiran kita.
Juga sediakan waktu break atau istirahat sendiri ketika merasa mood akan berubah negatif.

Waktu yang 24 jam dalam sehari hendaknya kita gunakan dengan bijak . (Teorinya hehehe)

Senin, 09 Maret 2015

Tahun ajaran baru



Sekarang sedang masanya pendaftaran sekolah baru. Dan para orang tua pun mulai sibuk memilih sekolah. Namun sebenarnya yang mereka pilih itu apakah sekolah yang terbaik untuk anak atau hanya untuk ego orang tua.
Kerap kita sebagai orang tua tentu saja merasa selalu yang paling tahu dan paling benar, padahal ya belum tentu 100 persen tepat.
Pertimbangan dan kriteria yang kita ambil untuk memilih sekolah sebaiknya juga mengikutertakan pendapat anak. Karena toh yang menjalani sekolah adalah mereka.
Kami, saya dan ayahnya Allen juga melakukan hal yang sama. Kami mensurvey beberapa sekolah dan mengambil beberapa alternatif pilihan. Kami jelaskan kepada Allen profil sekolah-sekolah tersebut, dan  yang pasti kami wajib mengajak Allen untuk mendatangi langsung sekolahnya sebelum mendaftar untuk mengetahui pendapatnya. Terutama untuk tahu apakah nanti dia akan nyaman disana.
Sebagai orang tua tentu mengenal kelebihan dan kekurangan anaknya dengan sangat baik , hal ini juga menjadi dasar utama untuk menentukan pilihan sekolah. Bukan hanya berdasar pengalaman pribadi (alumni), omongan teman, brosur, iklan , prestise/gengsi, atau hal yang kurang berkaitan dengan kepribadian dan bakat si anak.
Ada anak yang tipenya memang sangat suka mengerjakan tugas dan suka kompetitif, tentu dia tidak akan betah di sekolah yang cara mengajarnya terlalu santai. Atau sebaliknya ada anak yang selalu penuh rasa ingin tahu dan suka kebebasan, dia tidak akan betah duduk diam dalam kelas , dengan metode mengajar yang melarang murid untuk berpendapat.
Belajar memang bisa dimana saja, tidak hanya melalui jalur formal seperti sekolah, ada juga metode homeschooling.
Saya pribadi menghormati semua pilihan orang tua asalkan memang memilih sekolah yang mengedepankan akhlak baik, menghargai keunikan tiap individu muridnya,  dan bisa mengembangkan bakat minat anak.
 

Template by Web Hosting Reviews