Senin, 13 Oktober 2014

Sekeping Kemarau


Sang energi kehidupan. Matahari saat jam 12.00 siang

Semua butuh keseimbangan, sesuatu yang ekstrem biasanya tidaklah baik

Jika kita menggunakan kosakata musim panas, bayangan kita biasanya adalah tentang liburan. Tetapi kalau kita memakai kata musim kemarau, yang terbayang adalah kekeringan, debu pasir, penyakit bahkan kebakaran hutan. Banyak yang mengeluh di musim kemarau, aku sebagai seorang ibu juga terkena dampaknya, berusaha menjaga kesehatan keluarga karena saat ini sangat rentan untuk gampang sakit. Namun bagi beberapa pelaku usaha tertentu , musim kemarau kadang malah membawa berkah.

Berikut adalah sepenggal kisah singkat yang  kualami hari ini tentang hunting foto bertema kemarau. Dimulai di pagi hari setelah mengantar Allen sekolah aku mengambil beberapa foto di lingkungan tempat tinggal kami di kota Madiun. Kemarau disini masihlah bisa teratasi, aku salut bagi mereka yang bertahan hidup di daerah yang lebih panas dan lebih susah mendapat air.

Di dekat kompleks rumah kami, ada semacam tanah rawa kosong yang saat musin penghujan penuh ditumbuhi tanaman kangkung. Di foto di bawah ini, di sebelah kanan belakang Allen, di kejauhan tampak seorang ibu yang berjongkok sedang memanen kangkung. Ibu ini mendapat berkah dengan menjual kangkung yang didapatnya secara gratis untuk menambah penghasilannya.


Selain memanen kangkung, berkah lain saat musim penghujan ialah rawa ini berisi ikan. Tampak di foto berikut, Allen bersama pakdhe-nya melihat keriuhan para pemuda yang asik memancing ikan dengan ceria hampir setiap sore.


Kini saat memasuki musim panas, yang berkelanjutan menjadi musim kemarau akhirnya semua menjadi kering, menguning, dan mati. Si ibu pemanen kangkung kehilangan salah satu sumber penghasilannya, kebersamaan para pemancing ikan juga hilang, juga domba-domba yang selalu merumput di tanah lapang dekat rawa juga kehabisan rumput hijau. Ada keceriaan yang terenggut.

Akibat musim kemarau pada alam tampak pada beberapa foto yang kuambil hari ini sebagai berikut:

tanah rawa yang pecah-pecah dan gersang
 


pohon yang kehilangan daun-daunnya

rumput ilalang yang menguning

daun jati yang indah karena gugur dan mengering

Break sejenak. Kemudian siang sepulang sekolah, bersama Allen , aku mampir ke alun-alun. Aku ingin hunting foto disana. Aku ingin mencari sisi lain kemarau. 
Kepanasan dan kehausan, maka apa yang kita perbuat untuk mengatasinya untuk bertahan? 
Berteduh dan memuaskan dahaga dengan air sejuk.

Mari berteduh dan menikmati segelas minuman. Berkah bagi penjual es.
Hampir mengakhiri sesi hunting, tiba-tiba aku melihat mobil tangki berjalan perlahan di pinggir alun-alun. Dan dengan sigap seorang bapak membawa selang besar, mengarahkannya ke barisan tanaman layu yang berderet tanpa daya. Si bapak dengan telaten melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Air segar segera menyembur menghujani dan menyegarkan mereka. Aku segera mengambil momen yang spesial ini. Bagiku foto terakhir ini merupakan foto penutup klimaks dari rangkaian foto yang aku ambil.


Apa jawaban masalah di musim kemarau? Ya untuk menyeimbangkan panas terik yang dirasakan oleh makhluk hidup, kita perlu air.

Musim kemarau adalah tentang seni beradaptasi dan bertahan hidup.
Kita akan merasakan keindahan dan banyaknya warna di musim kemarau jika mampu melampauinya.
Dan di saat seperti ini kita diharapkan untuk peduli dan lebih peka terhadap lingkungan dan sesama.
Kita lakukan bersama untuk mengatasinya dan membuat keadaan menjadi baik.




2 komentar:

Chela Ribut Firmawati mengatakan...

hai...salam kenal...
foto2nya keren deh :
makasih ya udah ikutan :)

Niken Nuswantari mengatakan...

hehe iya sama-sama mak, salam kenal juga, terimakasihhh

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkenan memberi komentar

 

Template by Web Hosting Reviews