Aku tahu kalau punya skoliosis saat SMU kelas 2 secara tak sengaja. Ceritanya saat itu ada kejadian di asrama yang membuat aku harus berobat ke dokter, nah si dokter ini malah bertanya kok tulang belakangku tampak miring. Berawal dari situ aku menerima kenyataan kalau tulang belakangku miring dan tidak normal. Reaksi pertama , aku sedih , menangis, bingung.
Namun dukungan dari orang tua dan teman membuatku lekas pulih. Aku menjalani sesi terapi, foto rontgen dan mengunjungi dokter spesialis fisioterapi. Kata dokter penyebab skoliosis ini bisa bermacam-macam, mungkin saat dari kecil ada kesalahan sewaktu posisi digendong, atau kebiasaan salah waktu duduk, atau pernah jatuh, atau mungkin juga saat membawa tas selempang bebannya berlebihan. Kalau tidak salah ingat, kurva kemiringanku 44 derajat miring ke kanan. Jadi tulang belakangku bentuknya seperti huruf S .
Oleh dokter lalu aku diharuskan memakai brace supaya tulangku bisa kembali lurus, dan wajib dipakai sampai masa pertumbuhanku berhenti di usia 22 tahun. Aku membayangkan harus memakai selama 5 tahun, ouchhh mana bisaaa.
Brace yang kupakai bentuknya berupa penyangga yang akan menarik posisi punggungku untuk selalu lurus. Kata dokter selain saat mandi, maka brace harus terus dipakai.
Aku pun mulai memakai brace di awal kelas 3 SMU. Namun kupakai hanya saat berada di asrama, jika ke sekolah aku tidak mau pakai.
Saat sedang memakai brace aku merasa semua mata anak asrama selalu tertuju padaku, dan aku merasa seperti orang yang dikasihani.Tetapi sebetulnya semua teman asrama juga para suster mendukung kesembuhanku.
Teman sekolah di luar asrama yang tahu pun hanya beberapa, saat mereka berkunjung ke asrama.
Yang juga melegakan teman dekatku pada waktu itu juga tidak mempermasalahkan keadaan fisikku dan malah terus mensupport kesembuhanku. Jadi aku tidak punya perasaan minder atau perasaan negatif lainnya.
Brace akhirnya hanya aku pakai selama satu setengah tahun saja. Saat kuliah lalu bekerja aku tidak pernah memakai lagi.
Sempat panik kala aku menikah lalu hamil, apakah nanti berpengaruh pada proses kelahiran, namun kata dokter kandungan hal itu tidak berpengaruh.
Di facebook aku juga bergabung dengan grup Masyarakat Skoliosis Indonesia, ternyata banyak kasus yang lebih parah, dan tidak sedikit anggota yang merasa bermasa depan suram karena skoliosisnya.
Aku bersyukur pada keadaanku dan hanya terus mensugesti diri bahwa aku dan skoliosisiku baik-baik saja, aku juga malah jarang mengingat tentang skoliosisku .
Hanya pada saat kondisi dimana punggungku capek saja baru aku teringat lagi.
Sebenarnya aku punya keinginan untuk foto rontgen lagi , melihat apakah kurva kemiringanku bertambah, tetap atau berkurang, namun sampai detik ini aku tak pernah melaksanakan niatku ini.
ini yang seharusnya kupakai selama minimal 5 tahun |
6 komentar:
Wah alatnya besar banget ya? Pasti ribet makainya. Kalau tidak sampai 5 th bagaimana efeknya?
widih....alatnya itu....TFS mak, jadi tau penyebabnya...
Hehe iya ribet bingit. Kalau ga dipake ,efeknya tulang punggungnya tetap miring mak. Biasanya para skolioser disarankan untuk olah raga berenang atau juga pijat punggung (mungkin semacam chiropractic) buat mengurangi efek nyeri/pegal.
Sama-sama mak enci. Jadi sejak kecil kalo bisa anak kita jangan pake tas selempang kali ya, mungkin lebih baik tas ransel, kalau memang bawaannya dirasa berat
jangan terlalu capek ya, mak... karena bagaimana pun harus tetap sayang sama tubuh sendiri... tetap semangat mak... semoga baik-baik saja ya :)
Trimakasih banyak ya mak orin *pelukhangat. Amin semoga baik-baik saja :)
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkenan memberi komentar